JAKARTA (Suara Karya): Universitas Terbuka kembali menggelar ‘Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Gelar Hasil (SENMASTER) 2025 di UT Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (20/11/25).
Kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UT untuk ke-6 kalinya itu menampilkan ratusan karya dari hasil pengabdian masyarakat, puluhan mitra perguruan tinggi, serta UMKM dari berbagai daerah.
Tak hanya pameran, acara tersebut juga menjadi ruang dialog, riset, dan perumusan gagasan pemberdayaan masyarakat berbasis kolaborasi Pentahelix, yang melibatkan lima unsur utama, yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.
Rektor UT, Prof Dr Ali Muktiyanto dalam sambutan pembukanya meminta agar dampak SENMASTER diperluas ke masyarakat, termasuk kehadiran 39 UT Daerah dalam kolaborasi Pentahelix.
“Upaya ini harus kita lakukan, karena DNA UT itu pemberdayaan masyarakat,” ucapnya menegaskan.
Terkait hal itu, Prof Ali memperkenalkan gagasan pendidikan Gotong Royong, dimana pendidikan tak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mengajak seluruh pemangku kepentingan bekerja bersama, untuk membangkitkan potensi masyarakat sehingga kesejahteraan tumbuh merata.
“Dengan gotong royong, kita pada akhirnya bisa bahagia bersama dan sejahtera bersama,” tuturnya.
Pada bagian akhir sambutannya, Prof Ali menyampaikan harapan besar agar SENMASTER bisa menjadi trendsetter pengabdian masyarakat perguruan tinggi di Indonesia. Sebuah gerakan yang menggabungkan inovasi, kolaborasi, dan keadilan ekonomi untuk kesejahteraan bersama.
“Ini salah satu ‘brain’ kita. Harus kita jaga betul. Semoga apa yang kita lakukan ini bisa menjadi trendsetter di perguruan tinggi di Tanah Air,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala LPPM UT, Prof Dewi Artati Padmo Putri menjelaskan, UT telah membina lebih dari 63 desa di Indonesia dan membantu lebih dari 1.800 UMKM di berbagai wilayah, dalam 6 tahun pelaksanaan SENMASTER.
“Kami hadir bukan hanya membawa kepakaran, tetapi bergandengan tangan membesarkan masyarakat. SENMASTER adalah ruang bagi UMKM untuk tampil dan terus bangkit,” ujarnya.
Prof. Dewi memaparkan, UT kini menerapkan pendekatan yang lebih sistematis dalam merancang pengabdian masyarakat. Tidak lagi tersebar atau sporadis, dan setiap program harus berbasis data dan memetakan kebutuhan secara menyeluruh.
“Pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi harus memiliki denah yang jelas, terukur, dan bergerak dari hulu hingga hilir. Hulunya harus ada data untuk perencanaan. Lalu program dan solusinya. Semua direncanakan dan dipetakan dengan baik,” tuturnya.

Dengan metode itu, lanjut Prof Dewi, UT ingin memastikan setiap intervensi benar-benar menjawab masalah riil di lapangan, bukan kegiatan seremonial yang hilang tanpa dampak.
Ditambahkan, fokus utama LPPM UT tahun ini adalah pemberdayaan UMKM, yang dianggap sebagai kekuatan ekonomi bangsa sekaligus pihak yang paling membutuhkan dukungan berkelanjutan.
“UMKM ada di akar rumput. Kitalah yang harus hadir membantu. Karena kita turun ke masyarakat, maka kita harus memberi solusi yang tepat,” pungkasnya.
Karena itu, LPPM mengintegrasikan seluruh program pengabdian dengan kebutuhan UMKM, mulai dari pendampingan pencatatan keuangan, pemasaran, transformasi digital, hingga penyusunan strategi keberlanjutan.
Kegiatan SENMASTER yang dilaksanakan UT mendapat apresiasi dari Staf Khusus Menteri UMKM, Hasby Muhammad Zamri. Ia menyampaikan komitmen untuk bekerja bersama kampus dalam pendampingan pembiayaan UMKM melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Tahun depan KUR ditingkatkan menjadi Rp320 triliun. Kampus seperti UT bisa menjadi jembatan penting, agar penyaluran KUR tepat sasaran. Apalagi UT memiliki UMKM binaan yang sangat besar,” katanya.
Ia juga menegaskan, bunga KUR yang ditetapkan tetap flat 6 persen, menjadi peluang besar bagi UMKM binaan UT untuk naik kelas.
“Saya lihat stan UMKM di pameran menampilkan beragam produk mulai dari kuliner lokal, craft, hingga fesyen. Kualitas produknya pun sudah memenuhi standar pasar modern. Tinggal masuk pembiayaan saja, supaya skala usahanya cepat naik kelas” ujar Hasby.
Dukungan terhadap UT juga disampaikan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili di Timor Leste, Prof Dr Tasrifin Tahara. Ia memuji peran UT dalam menggerakkan UMKM kopi di Dili dan Oecusse.
“UT membawa inovasi hingga ke luar negeri. Program pengabdian UT meningkatkan kreativitas dan nilai tambah kopi lokal Timor Leste. Ini sangat inspiratif,” ujarnya.
Kegiatan SENMASTER 2025 juga ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara UT dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Komisioner KPPU Periode 2024-2029, Dr Eugenia Mardanugraha yang memiliki keahlian di bidang ekonomi persaingan usaha, ekonomi moneter, dan perbankan itu mengatakan, kolaborasi ini penting untuk memperluas edukasi persaingan sehat ke dunia akademik.
“Inovasi tidak tumbuh di pasar yang stagnan. UT adalah mitra strategis untuk memperkuat literasi persaingan usaha dan memperluas edukasi publik hingga ke daerah-daerah,” ujar perempuan yang sebelumnya dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. (Tri Wahyuni)

