JAKARTA (Suara Karya): Mahasiswi Universitas Pertamina, Kadek Diah Pradnyaswari Dewi berhasil menjadi juara ketiga dalam ASEAN-China-India Youth Leader Summit 2023 di Singapura. Kemenangan itu diraih berkat gagasannya dalam menunjang pariwisata berkelanjutan.
Mahasiswi jurusan Hubungan International itu menciptakan aplikasi bernama EcoAsia, yang dapat mengukur dan memberi penghargaan terhadap produksi karbon selama perjalanan wisata.
“Aplikasi tersebut menyediakan paket perjalanan ekowisata, yang dapat menghitung rendah karbon dan berkelanjutan,” kata perempuan yang akrab dipanggil Diah dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Selasa (23/1/24).
Diah menjelaskan, cara penggunaan aplikasi cukup mudah. Wisatawan yang akan berpergian ke lokasi wisata, dapat memasukkan data perjalanannya di aplikasi, yang nantinya secara otomatis akan mengukur jumlah karbon yang dihasilkan.
“Pada akhir perjalanan, pengguna aplikasi akan mendapat penghargaan atas jumlah karbon yang dihasilkan. Penghargaannya bervariasi mulai dari voucher belanja hingga oleh-oleh khas di wilayah tersebut,” ucapnya.
Perhitungan semacam itu, menurut Diah penting. Memgutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno di media, kebangkitan pariwisata ternyata ikut memberi dampak terhadap lingkungan.
Sektor pariwisata berkontribusi terhadap pelepasan emisi karbon sebesar 8 persen. Indonesia sendiri, menempati peringkat 92 dalam Sustainable Travel Index Ranking.
“Data itu menunjukkan adanya tantangan serius dalam perjalanan menuju parisiwata yang berkelanjutan,” tutur Diah.
Kendala tersebut harus dicarikan solusinya, mengingat industri pariwisata merupakan satu sektor dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, menurut United Nations World Tourism Organization (UNWOT).
Karena itu, tak heran jika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat pariwisata Indonesia menyumbang 4,1 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) per September 2023. Angka itu naik dari 3,6 persen pada 2022.
Dalam perhelatan internasional tersebut, Diah berkolaborasi dengan rekan tim dari Singapura, Brunei Darussalam, Myanmar dan China dalam menciptakan EcoAsia. Aplikasi itu diharapkan jadi pengingat di masyarakat, guna menumbuhkan kesadaran atas penyusutan produksi karbon melalui perjalanan wisata.
Sebagai informasi, ASEAN-China-India Youth Leadership Summit 2023 merupakan ajang kompetisi proposal ide yang diikuti 5.700 mahasiswa di seluruh kawasan Asia Tenggara, China dan India.
Pada 2023, kegiatan tersebut mengangkat tema peran teknologi bagi masyarakat dan lingkungan. Setelah babak penyisihan, ada 180 mahasiswa yang berkesempatan menuju tahap final.
Tantangan utama dalam penyusunan purwarupa, menurut Diah, perbedaan latar belakang negara dari para anggota tim. Hal itu memengaruhi sikap dan pandangan terhadap penerapan SDGs dan juga budaya dalam bekerja.
“Meski demikian, tujuan utama untuk menciptakan gagasan bagi keberlanjutan lingkungan dan mengurangi emisi karbon menjadi semangat bagi kami untuk mengembangkan prototipe ini,” ujarnya.
Kedepan, lanjut Diah, tim EcoAsia akan menggandeng produk atau brand ternama yang memiliki kepekaan terhadap lingkungan.
Rektor Universitas Pertamina, Prof Wawan Gunawan A Kadir ikut memberi apresiasi atas keberhasilan Diah. Karena pencapaian itu sangat dipengaruhi oleh ilmu yang didapatkannya dari pembelajaran di kampus.
“Perkuliahan di UPER disusun berdasarkan kurikulum yang holistik, dengan prinsip berkelanjutan serta sesuai kebutuhan industri dan sosial,” ujarnya.
Mahasiswa diajarkan berbagai disiplin ilmu untuk menopang pembangunan berkelanjutan. Tak hanya itu, mahasiswa juga diikutsertakan dalam berbagai riset kolaboratif dengan para dosen dan praktisi yang menyasar isu strategis perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
“Mahasiswa UPER juga dibekali persiapan karir melalui Program Lulusan Merah Putih. Program itu memberi pelatihan karir dari para praktisi. Bagi alumni terbaik memiliki kesempatan untuk bekerja di PT Pertamina Grup dan mitra lainnya,” kata Prof Wawan menandaskan. (Tri Wahyuni)

