Suara Karya

Pantang Menyerah, Kunci Keberhasilan Nur Agis Aulia hingga jadi Wakil Wali Kota Serang

JAKARTA (Suara Karya): Lahir dari keluarga sederhana–ayahnya seorang ASN golongan rendah dan ibu rumah tangga–Nur Agis Aulia tahu betul bagaimana kerasnya perjuangan hidup.

Namun berbekal semangat pantang menyerah, pria kelahiran Serang, 21 April 1989 itu berhasil dalam karirnya hingga berhasil meraih posisi sebagai Wakil Wali Kota Serang, Banten.

Dalam satu kesempatan, belum lama ini, Nur Agis Aulia menuturkan, perjalanan kariernya di dunia politik tidaklah instan. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di kota kelahirannya di Serang, Banten.

Agis lalu mengambil kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu, ia bekerja di sebuah BUMN di Jakarta.

Namun, dorongan untuk membangun kampung halaman membuat Agis meninggalkan zona nyaman tersebut.

Pulang ke Serang, ia merintis Jawara Farm, peternakan kambing dan domba yang bukan sekadar bisnis, tetapi juga wadah pemberdayaan masyarakat.

Melalui usaha itu, ratusan peternak mendapat penghasilan tetap. Tantangan demi tantangan dihadapi, termasuk pernah ditipu karyawan sendiri. Namun, prinsip pantang menyerah membuatnya terus bangkit.

Kini, Jawara Farm berkembang tak hanya di Serang Raya, tetapi juga merambah ke Jawa Barat dan Jawa Tengah.

“Selama manusia belum bisa makan batu atau plastik, peternakan ini akan selalu punya masa depan,” kata Agis sambil tertawa tipis.

Keinginannya untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan membawanya masuk ke dunia politik. Pada 2019, Agis terpilih sebagai anggota DPRD Kota Serang periode 2019–2024.

Karier politiknya kian moncer ketika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 berpasangan dengan Budi Rustandi, dan berhasil memenangkan kontestasi.

“Kalau di Jawara Farm saya bisa bantu 500 orang, di DPRD bisa puluhan ribu orang. Kini sebagai Wakil Wali Kota, target saya adalah ratusan ribu bahkan jutaan orang bisa terbantu lewat kebijakan,” ucap Agis menegaskan.

Kesuksesan Agis tak lepas dari pengalaman masa kuliah. Selain aktif berorganisasi di Koperasi Mahasiswa UGM, ia juga menjadi salah satu penerima Beasiswa Tanoto Foundation.

Program tersebut bukan hanya mendukung biaya kuliah, tetapi juga mengasah soft skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kemampuan berjejaring.

“Networking itu kata kunci. Kalau ingin bertumbuh, bangunlah jejaring agar bisa berkolaborasi,” ujarnya.

Salah satu momen berkesan bagi Agis adalah ketika mengikuti camp kepemimpinan Tanoto Foundation di Bogor. Di sana, ia belajar memimpin dengan bijak, mengendalikan ego, dan menciptakan perubahan positif.

Kini, Nur Agis Aulia bukan hanya dikenal sebagai pejabat publik, melainkan juga sosok inspiratif yang membuktikan bahwa kerja keras dan pantang menyerah bisa membawa seseorang dari keluarga biasa menuju panggung kepemimpinan.

“Bagi saya, politik adalah jalan untuk melipatgandakan kebaikan. Saya ingin membuktikan bahwa dari Serang, kita bisa mencetak perubahan besar,” pungkasnya. (Tri Wahyuni)

Related posts