JAKARTA (Suara Karya): Pendidikan vokasi dalam beberapa tahun terakhir semakin diminati anak bangsa. Jika di masa lalu, masuk SMK maupun Politeknik jadi pilihan kedua, kini sudah naik kelas menjadi yang utama.
Peningkatan kepercayaan publik terhadap pendidikan vokasi, tidak terlepas dari kemitraan yang terbangun antara satuan pendidikan vokasi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Sehingga lulusannya siap kerja dan relevan dengan kebutuhan DUDI.
Praktik baik kemitraan itu tertuang dalam buku berjudul ‘Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi’ yang diterbitkan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemdikbudristek berkolaborasi dengan Tempo Institute.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran buku di Perpustakaan Nasional, Senin (26/7/23) mengatakan, buku berisi kisah inspiratif dari insan vokasi itu akan memberi optimisme bagi masa depan Indonesia.
Pendidikan vokasi, menurut Nadiem, bisa menjadi solusi bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan, memberi bekal pengetahuan beserta keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja.
“Saya mengapresiasi buku ini, karena Indonesia saat ini sedang defisit inspirasi. Orang-orang yang sebelumnya memiliki persepsi negatif tentang SMK atau Politeknik akan mengerti bahwa perubahan sedang terjadi di Indonesia,” tuturnya.
Nadiem menilai, perubahan secara masif dalam pendidikan vokasi harus bisa menjadi momentum. Pendidikan vokasi kini dijadikan salah satu strategi dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul.
“Saya yakin masih banyak kisah inspiratif lainnya di berbagai sekolah dan kampus vokasi di penjuru Tanah Air, yang bisa menjadi inspirasi bagi semua orang,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Nadiem membacakan nukilan kisah inspiratif di SMK Yapis Fakfak, Papua Barat. Siswa bernama Dermina, anak Kampung Sakartemin, Distrik Fakfak yang bercita-cita menjadi perancang busana. Ia semangat menimba ilmu di bidang tata busana.
“Kalau kita mau blusukan, ada ribuan kisah yang menunjukkan keberanian, daya inovasi, serta keinginan untuk memajukan Indonesia,” sebutnya.
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemdikbudristek, Uuf Brajawidagda mengungkapkan, pendidikan vokasi saat ini dibutuhkan negara untuk melakukan lompatan-lompatan ekonomi.
Bahkan, lanjut Uuf, di negara yang ekonominya maju pun kepedulian terhadap pendidikan vokasi pun sama tingginya dengan pendidikan akademik. Misalkan, Singapura, perguruan tinggi yang terkenal adalah NTU dan NUS, tetapi negara itu punya 5 politeknik yang besar.
“Kita sudah ada di jalan yang benar. Karena jenis pendidikan yang paling singkat koneksinya dengan ekonomi adalah vokasi. Pola-pola pembelajaran di vokasi itu selaras dengan kebutuhan industri,” ucap Uuf.
Transformasi pendidikan vokasi di Tanah Air sendiri tak lepas dari kontribusi pelaku DUDI. Hal itu dikemukakan Agustina Tutik, selaku Ketua Tim Strategi dan Perencanaan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi.
“Sebenarnya, industri ingin terlibat dalam pembangunan SDM melalui pendidikan vokasi. Konsorsium terdiri atas 9 perusahaan besar, yaitu Sinarmas, Protelindo, Garudafood, Wingsfood, Indofood, Astra, Triputra Grup, Agung Sedayu, dan Barito Pacific,” ujarnya.
Menurut Agustina, upaya revitalisasi pendidikan vokasi, khususnya di SMK bisa dilakukan melalui intervensi kurikulum. Konsorsium tidak terbatas membantu di sektor yang berkaitan dengan bidang usahanya, tetapi fokus pada sektor yang dibutuhkan Indonesia.
Pada 2021, disebutkan, ada 6 SMK yang dibantu. Pada 2022 bertambah 7 SMK. “Tahun ini kami menargetkan, ada 6 SMK yang dibantu, dengan jurusan yang bervariasi,” kata Agustina.
Di SMKN 8 Surakarta, misalnya, melalui Program SMK Pusat Keunggulan bantuan berupa pengembangan bidang seni pertunjukan. Intervensi kurikulum dilakukan dengan menggandeng sutradara Garin Nugroho.
“Kami harap, bantuan itu menjadi cikal bakal Broadway,” ucap Agustina.
Namun, Agustina mengungkapkan, konsorsium tidak memiliki komitmen untuk merekrut lulusan. “Kami lebih suka lulusan mencari pekerjaan di bidang-bidang yang sedamg dibutuhkan Indonesia,” pungkasnya. (Tri Wahyuni)