JAKARTA (Suara Karya): Di era digital, semua orang berlomba mengejar profesi yang berhubungan dengan teknologi informasi. Karena profesi itu memberi kesejahteraan.
Lalu, ketika diberi bakat melukis, apakah harus diteruskan sebagai profesi atau sekadar menjadi hobi?
Pertanyaan menarik itu terungkap dalam talkshow bertajuk ‘Art 4 All’ yang digelar perusahaan alat tulis Faber Castell di Jakarta, Jumat (3/11/23) malam.
Talkshow menghadirkan narasumber tiga seniman muda berbakat, yaitu Mohammad Taufik yang akrab dipanggil Emte, Tusita Mangalani, dan Adi Chandra, serta PR Manager Faber Castell Internasional Indonesia (FCII), Andri Kurniawan.
Ketiga narasumber tersebut sepakat menjawab, bakat melukis harus diteruskan menjadi profesi. Keahlian itu masih menjanjikan kesejahteraan di era digital. Asalkan, memiliki jiwa kreativitas yang kuat.
Hal itu ditegaskan Adi Chandra. Menurut pria yang berprofesi sebagai terapis seni, kreativitas itu itu kunci keberhasilan seseorang, apa pun profesi yang akan digelutinya di masa depan.
“Selain juga memiliki keinginan untuk terus belajar. Karena banyak ilmu yang berkembang. Lewat kreativitas, maka tercipta karya yang tidak biasa,” kata Adi Chandra.
Ia mencontohkan anak yang berbakat seni lukis, tetapi juga suka mendengarkan musik. Maka tercipta karya seni audiovisual. Jika anak belajar teknologi informasi, maka tercipta karya yang memadukan keduanya.
“Pintar-pintarnya orangtua dalam menggali dan mengarahkan potensi anaknya. Karena banyak orang dengan bakat seni lukis, yang bisa sejahtera secara ekonomi,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan Tusita Mangalani, seniman lukis lulusan Sekolah Kriya, Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia mengaku kewalahan menerima tawaran pekerjaan atas pilihan profesinya tersebut.
“Sebagai GenZ saya memang memakai sosial media untuk promosi diri. Hal itu membantunya dalam mendapat pekerjaan,” kata Tusita yang pernah menjadi juara pada lomba menggambar yang digelar Faber Castell.
Berkat bakatnya tersebut, Tusita kecil mendapat kesempatan pergi ke Jerman untuk berkunjung ke pabrik Faber Castell di Jerman. “Setelah kepulangan dari Jerman, semakin memperkuat saya menggeluti dunia seni,” katanya.
Memilih seni lukis sebagai profesi, Tusita mengaku beruntung karena didukung penuh oleh kedua orangtua. Sehingga beragam kegiatan yang mengarah ke profesinya mendapat restu dan arahan dari orangtuanya.
Kondisi serupa juga dialami Mohammad Taufik. Bahkan nama Emte juga diberikan oleh bapaknya. “Sejak kecil saya sudah senang membuat komik. Bapak mendorong untuk dikirim karya itu ke media, agar karyanya dikenal. Tapi sebelum dikirim, saya harus punya nama panggung. Bapak kasih nama emte, karena terdengar unik,” tutur pria lulusan Institut Kesenian Jakarta itu.
Menurut Emte, seniman lukis masih menjadi profesi yang menghasilkan uang. Karena banyak peluang kerja didapat lewat media sosial.
“Kalau sekarang, tidak cukup bakat menggambar tapi juga harus belajar teknologi. Karena banyak pekerjaan yang tersedia melalui internet,” ujarnya.
Sementara itu, Manager FCII Andri Kurniawan mengatakan seni adalah untuk semua kalangan usia tanpa mengenal strata. Lewat seni, kreativitas juga bisa muncul.
“Faber-Castell menyadari akan hal itu. Setiap produk kami buat agar semua kalangan menjadi lebih kreatif,” kata Andri.
Dia menambahkan selain memantik kreativitas, produk Faber Castell juga aman untuk kesehatan. Terutama spidol warna yang digunakan anak. Warna yang digunakan tergolong food grade, sehingga aman jika digigit-gigit oleh anak.
“Warna spidol Faber Castell itu untuk pewarna makanan berbahan dasar air. Tidak ada alkohol di dalamnya. Hal itu dibuat karena kami melihat kebiasaan anak yang suka mengigit alat tulisnya selama belajar,” kata Andri.
Faber-Castell Art Festival 2023 yang digelar di mall Senayan City mengusung tagline #InspiringCreativity. Festival itu menghadirkan 5 keragaman dalam satu kegiatan yang terdiri atas Exhibition, Workshop, Talkshow, Creative Journey, and Competitions.
Festival juga menampilkan beragam hasil karya dan kegiatan yang fokus pada kreativitas dan keberlanjutan.
Sebelumnya, Managing Director Faber-Castell International Indonesia, Yandramin Halim mengatakan, Art Festival dibuat untuk meningkatkan kreativitas melalui seni.
Kegiatan Faber-Castell Art Festival menunjukan apa yang dilakukan oleh seni (to show), memberi inspirasi (to inspired) dan melibatkan masyarakat untuk turut terlibat (to engaged).
“Masyarakat dapat terlibat dalam proses itu sendiri, karena di dalamnya ada beragam kegiatan yang menarik dan kreatif,” katanya. (Tri Wahyuni)