Suara Karya

STP Trisakti Siap jadi Garda Terdepan Cetak SDM Unggul

JAKARTA (Suara Karya): Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti siap menjadi garda terdepan dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Hal itu harus diupayakan bersama, demi keberhasilan Indonesia di masa depan.

“Membangun SDM yang unggul tidak bisa dilakukan sendirian. Kami, perguruan tinggi swasta (PTS) butuh dukungan dari pemerintah untuk mewujudkan hal itu,” kata Wakil Ketua I STP Trisakti, Djoni Wibowo dalam sambutannya pada upacara Peringatan HUT RI ke-74 di kampus STP Trisakti Bintaro Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

Ditambahkan, SDM yang unggul dan kompetitif itu tidak saja memiliki prestasi akademik, tetapi juga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Hal itu menjadi bekal agar mampu bersaing dalam kerasnya persaingan di dunia kerja.

Sejumlah kegiatan digelar STP Trisakti dalam memeriahkan HUT RI ke-74, salah satunya lomba menghias tumpeng. Lomba yang menjadi tradisi dalam 4 tahun terakhir ini, ternyata mengandung arti yang mendalam yaitu kebersamaan.

Seperti dikemukakan Wakil Ketua STP Trisakti Bidang Kerjasama dan Pemasaran, Ismeth Emier Osman, lomba ini tak hanya diikuti civitas akademika STP Trisakti saja, tetapi juga karyawan dan masyarakat sekitar kampus.

Dipilihnya lomba menghias tumpeng, menurut Ismeth, karena kegiatan itu identik dengan peringatan ulang tahun. Selain juga membangun kebersamaan antara mahasiswa, staf pengajar, karyawan dan masyarakat sekitar. Dan pada akhirnya tumpeng yang diperlombakan akan disajikan dan dinikmati bersama-sama.

“Ada 19 peserta yang datang dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, dosen, karyawan hingga masyarakat sekitar kampus. Jurinya berasal dari kampus yang memiliki keahlian yang mumpuni,” ujar Ismeth.

Ismeth menambahkan, setiap peserta mendapat kucuran dana dari kampus Rp750 per kelompok. Dana yang digunakan untuk menghias tumpeng tak boleh lebih dari Rp750 ribu.

“Satu kelompok terdiri dari 2-3 orang. Tetapi ukuran tumpeng harus bisa dibuat standar untuk konsumsi 40 orang,” katanya.

Terpilih sebagai juara pertama adapah tumpeng buatan istri dari supir kampus, Sumiyati. Posisi kedua diraih seorang warga sekitar kampus bernama Cici dan posisi ketiga oleh civitas akademika STP Trisakti, Martiningsih.

Dalam kesempatan yang sama, STP Trisakti juga menggelar kegiatan diskusi ringan dengan mahasiswa baru tentang makna kemerdekaan. Menurut Jovanka Ruth Veronina, mahasiswa semester satu dari kelas internasional, kemerdekaan berpendapat yang terjadi saat ini jangan sampai kebablasan. Karena setiap orang memiliki hak asasi manusia yang sama.

“Kita, sebagai generasi muda harus bisa menjaga kemerdekaan ini. Karena kita tidak tahu bagaimana para pendahulu berjuang dalam meraih kemerdekaan. Kita boleh berbeda-beda tetapi tidak boleh terpecah belah,” ujarnya.

Hal senada dikemukakan Joseph Loogman Tjahja, Lie Shu Mei, Albert Samuel dan Benedictus Dimas Adverta. Mahasiswa harus memiliki integritas dalam bermasyarakat. Sehingga Indonesia bisa dihargai dalam pergaulan dunia.

“Meski kita memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapat, lakukan hal itu secara bertanggung jawab. Dan jangan lupa, integritas sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila,” Benecditus menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts