JAKARTA (Suara Karya): Institut Pariwisata (IP) Trisakti terpilih menjadi pusat pelatihan (training center) sekaligus seleksi nasional bagi peserta yang akan dikirim ke WorldSkills (WS) ASEAN pada tahun 2025 di Filipina, guna mewakili Indonesia.
“Ini pertama kalinya WS ASEAN membuat kompetisi untuk bidang bakery. Sebelumnya, hanya ada di tingkat dunia,” kata ketua juri seleknas sekaligus penanggungjawab pelatihan untuk WS ASEAN 2025 bidang Bakery, Chairul Salim, di sela kegiatan di kampus IP Trisakti Jakarta, Kamis (7/11/24).
Dalam kesempatan itu, Chairul didampingi Direktur Bina Standardisasi Kompetensi
dan Program Pelatihan, Kementerian Ketenagakerjaan, Mohammad Amir Syarifuddin; serta tim juri dari Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Medan, Ayu Widia dan BBPVP Bekasi, Annisa Aulia.
Sekadar informasi, BBPVP merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan.
Chairul Salim menjelaskan, proses seleksi calon peserta WS ASEAN 2025 dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat daerah hingga tingkat nasional.
“Hasil seleksi daerah terpilih 20 orang, kemudian diseleksi lagi menjadi 10 orang. Mereka masuk seleksi nasional di IP Trisakti, dites beragam keterampilan yang akan dikompetisikan di WS ASEAN. Dari seleksi ini terpilih 3 peserta terbaik,” tutur Chairul.
Proses seleksi tidak berhenti, karena 3 terbaik akan mengikuti training center hingga 3 bulan ke depan di IP Trisakti dan BBPVP Medan. Setelah itu, peserta diseleksi kembali menjadi 2 orang. Kedua peserta akan masuk training center lagi hingga terpilih satu orang terbaik mewakili Indonesia di ajang WS ASEAN 2025 Filipina.
Melihat keterampilan peserta selama seleksi nasional, Chairul Salim optimis Indonesia akan meraih medali. Apalagi bidang bakery baru pertama kali dilombakan pada WS ASEAN 2025.
Dalam seleksi, lanjut Chairul, pihaknya menggunakan modul ujian dari WorldSkills (WSC) 2024 di Lyons, Prancis. Saat seleksi di daerah hanya 5 modul yang dilombakan sedangkan pada seleksi nasional menggunakan 6 modul yang berbeda dengan modul pada seleksi daerah.
“ada seleksi nasional, kami pakai yang 6 modul. Kami lihat benar teknik dasar peserta, bagaimana mengaduk, melipat dan menggulung adonan,” ujarnya.
Peserta mulai melakukan perlombaan sesuai dengan test project, termasuk apa saja yang dipersiapkan secara keseluruhan secara detail mulai dari modul 1 sampai modul 6. Hal itu penting, agar peserta tidak melebihi batas waktu yang ditetapkan.
Disebutkan sejumlah keterampilan peserta yang dinilai, meliputi pembuatan aneka jenis roti eropa.
“Di modul 4 ada ‘Mystery Task’ yang kompetitor tidak tahu isinya harus membuat apa. Tetapi kita coba kira-kira isinya seperti apa, sehingga peserta bisa lebih siap,” katanya.
Disinggung soal kelemahan dan keunggulan peserta, Chairul mengatakan, peserta umumnya sudah unggul secara teknis. Karena keterampilan tersebut telah diajarkan di sekolah atau kampusnya masing-masing.
“Yang perlu diperhatikan hanya masalah waktu. Time management peserta harus terus diperbaiki, agar bisa tepat waktu. Semoga latihan secara intensif mulai Januari 2025 bisa memperbaiki itu semua,” ucapnya.
Chairul menyebut ada 2 lokasi yang akan dipergunakan peserta sebagai training center yaitu di BBPVP Medan dan di IP Trisakti.
“Pilihan di IP Trisakti karena kampus ini memiliki fasilitas baik sarana maupun prasarana yang memadai untuk peserta belajar keterampilan di bidang bakery,” katanya.
Tugas melatih calon peserta WS ASEAN maupun WSC sebenarnya bukan hal baru bagi IP Trisakti. Kampus tersebut sejak 2007 lalu menjadi training center bagi peserta yang akan dikirim ke WS ASEAN maupun WSC untuk bidang restaurant services.
Bahkan sejumlah peserta pernah meraih penghargaan medali emas, perak, perunggu dan medalion excellent. (Tri Wahyuni)