Suara Karya

UT Dorong Hilirisasi Riset, Targetkan 20 Paten Sederhana Tahun Ini

JAKARTA (Suara Karya): Universitas Terbuka (UT) tak hanya berfokus pada pengembangan sistem pembelajaran digital, tetapi juga serius mendorong hilirisasi riset. Sehingga hasil penelitian yang dilakukan guru besar dapat memberi manfaat langsung bagi masyarakat sekaligus menopang kemandirian institusi.

Rektor UT Prof Ali Muktiyanto disela acara perayaan Dies Natalis ke-41 di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (4/9/25) mengungkapkan, saat ini sudah ada 10 paten sederhana yang berhasil diterima dari karya dosen, dan sekitar 10 paten lainnya dalam proses.

Dengan demikian, UT menargetkan sekitar 20 paten sederhana bisa diraih hingga akhir tahun 2025 ini.

Hal senada dikemukakan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka (LPPM-UT), Prof Dra Dewi Artati Padmo Putri, MA, PhD.

Kata Dewi, setiap kelompok riset yang beranggotakan 10–15 guru diharapkan mampu menghasilkan keluaran riset berkualitas, dengan minimal lima di antaranya bisa dimonetisasi atau dihilirisasi.

“Kami ingin hasil penelitian tidak hanya berhenti di jurnal, tetapi juga bisa dikomersialisasikan bersama industri,” ucapnya.

Beberapa riset unggulan dosen UT terutama datang dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Salah satunya adalah pemanfaatan kulit durian sebagai bahan dasar deodoran. Kandungan zat aktif dari kulit durian terbukti mampu menghambat pertumbuhan kuman penyebab bau badan.

Selain itu, riset lain mengembangkan tepung sehat untuk mie dan muffin dari bahan alami pilihan. Produk ini tidak hanya bernilai gizi lebih baik, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat masyarakat.

“Temuan-temuan seperti ini sedang kami dorong agar mendapat paten dan kemudian masuk tahap hilirisasi. UT ingin riset para dosen kami bisa nyata hadir di tengah masyarakat,” kata Dewi.

Langkah hilirisasi riset itu juga bagian dari strategi UT sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Menurut Rektor, perguruan tinggi tidak bisa hanya bergantung pada biaya kuliah, tetapi perlu memperkuat sumber pendapatan dari inovasi dan kerja sama industri.

“Kami ingin membuktikan UT tidak hanya unggul dalam Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), tetapi juga berkontribusi nyata dalam menghasilkan riset-riset yang bisa dihilirisasi. Itu bagian dari status UT sebagai PTNBH,” ujarnya.

UT yang memiliki lebih dari 700 ribu mahasiswa aktif pada semester tahun ini, terus memperluas peran riset dalam menunjang pembelajaran.

Dengan misi ‘Inovasi Tanpa Batas Wujudkan Pendidikan Berkualitas’, UT kembali menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pendidikan yang fleksibel sekaligus produktif dalam mencetak karya inovatif.

“Semua ini akan bermuara pada satu tujuan, yakni bagaimana pendidikan tinggi bisa relevan dengan kebutuhan zaman, sekaligus memberi dampak nyata bagi masyarakat,” kata Rektor UT yang baru dilantik pada 25 Agustus 2025 lalu itu.

Ditanya soal target sejuta mahasiswa UT pada 2026, Prof Ali Muktiyanto optimis target tersebut bisa tercapai pada tahun depan. Hal itu juga merujuk pada trend kenaikan mahasiswa aktif dalam tiga tahun terakhir ini.

“Kami optimis target sejuta mahasiswa aktif bisa diraih, jika melihat peningkatan mahasiswa aktif dari tahun ke tahun. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, jumlah mahasiswa UT bisa mencapai 2,5 juta pada 2045,” ucap Rektor.

Pada kesempatan yang sama, Pembantu Rektor I Bidang Akademik UT, Prof Rahmat Budiman mengatakan, kehadiran UT merupakan wujud nyata dari amanat undang-undang untuk menjamin hak pendidikan bagi seluruh masyarakat.

“HUT ke-41 adalah momentum untuk mengukuhkan eksistensi UT sebagai mitra pemerintah. UT hadir agar setiap warga bangsa, di manapun berada, memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan tinggi berkualitas,” katanya.

Menurut Prof Rahmat, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia saat ini baru sekitar 39 persen, meski terdapat lebih dari 2.900 perguruan tinggi negeri maupun swasta.

“Hadirnya UT adalah bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan APK tersebut. UT tidak hadir untuk bersaing, melainkan bersinergi dengan seluruh perguruan tinggi demi menyediakan akses yang lebih luas,” ucapnya.

Melalui sistem pendidikan jarak jauh yang fleksibel dan inovatif, UT terus berkomitmen menghadirkan layanan pendidikan inklusif, sejalan dengan cita-cita pemerataan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia. (Tri Wahyuni)

Related posts