BEKASI (Suara Karya): Imbauan agar para pelajar sekolah dasar (SD) untuk terus membaca dan belajar menulis terus dilakukan berbagai kalangan, sebab membaca dan menulis sangat penting bagi peningkatan kemampuan intelektual. Kebiasaan itu pun nantinya jadibekal penting untuk kelancaran studi.
Selain itu aspek perundungan saat ini menjadi isu penting yang harus selalu diingatkan. Jadi, setop atau hentikan perundungan mesti diterapkan oleh setiap pelajar mengingat akibat perundungan dapat berdampak pada pertumbuhan mental siswa dikemudian hari.
Tiga aspek tersebut yakni membaca, menulis, dan setop perundungan jadi materi penting dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan Akademi Televisi Indonesia (ATVI) dan Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) Indosiar (SCTV) di SDN Jatiasih X Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (14/06/2023). Para dosen yang terlibat acara ini yaitu Safrudiningsih, Sisca T Gurning, Adrian Ingratubun, dan Dias Suminta Suria Putra.
Kepala Sekolah SDN Jatiasih X, Ibu Sa’diah, M.Pd. yang baru saja menjadi kepala sekolah tahun 2020 yang terpilih sebagai Kepala Sekolah Penggerak tingkat nasional program Kemendikbud Ristek, yang merupakan program piloting yang akan menerapkan kurikulum merdeka.
Tahun 2021 terpilih 15 Sekolah Dasar Negeri dan swasta Sekota Bekasi dan salah satunya 6 SDN di SDN Jatiasih X. dijadikan sekolah penggerak yang merupakan katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia.
“Saya hadir ditempatkan di sini ingin mengubah sumber daya sekolah atau sumber daya manusia yang harus dibangun, bukan siswa dulu. Membangun kompetensi guru. Guru yang berkompeten, akan diikuti siswa yang kompeten juga” Ujar Sa’diah.
Pelaksaan pengabdian masyarakat ATVI-YPP Indosiar-SCTV ini bertepatan dengan puncak acara Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) P5 Sekolah Dasar Penggerak SDN Jatiasih X, Kota Bekasi, acara yang bertemakan: “Keberagaman adalah Kekuatan kami untuk lebih mengenal budaya lewat literasi asyik agar terhindar dari perundungan.”, YPP dan ATVI hadir bergabung ikut memeriahkan acara ini dengan memberikan literasi membaca dan stop prundungan pada 300 siswa SD dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.
Kepala Sekolah SDN Jati Asih X , Sa’adiah, M.Pd mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk anak-anak. Membawa Tema ‘Stop Perundungan’ Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan kepada para siswa untuk pentingnya berkomunikasi dengan baik, dengan tidak menggunakan kata kata kasar, tidak mengolok-olok dan menuliskan hal-hal yang tidak baik saat berinteraksi langsung maupun di dalam dunia maya, seperti di media sosial.
Menurut Sa’adiah, M.Pd, kegiatan ini menjadi agenda penting untuk membantu pembentukan karakter anak , khususnya para siswa siswi di SDN Jati Asih X , yang saat ini menjadi sekolah Penggerak di Kotamadya Bekasi, Jawa Barat. Dengan tagline sekolah penggerak yaitu “Tergerak, Bergerak, Menggerakkan” diharapkan SDN Jati Asih X Bekasi menjadi contoh positif sebagai sekolah yang komitmen dan konsisten dalam mendukung dan menggerakkan Anti Perundungan.
Cinta Membaca
Selain mensosialisasikan setop perundungan, kegiatan ini juga membawa misi cinta membaca. Menghadirkan “Welly”, mobil perpustakaan keliling yang menyediakan berbagai buku untuk dibaca oleh para siswa. Welly, si mobil keliling juga menayangkan film-film yang bermanfaat untuk membentuk karakter positif para siswa.
Berkaitan dengan literasi yang dibawakan oleh ATVI dan YPP, Kak Ningnong panggilan akrab Safrudiningsih saat melakukan literasi dan Kak Oma sapaan akrab Sisca T. Gurning, mengajarkan kembali untuk bijak menggunakan media khususnya media sosial di HP mereka.
Ketika pertanyakan di lontarkan Kak Ningnong soal apakah anak-anak memiliki akun Tiktok dan kanal YouTube, hampir semua anak kelas 1 sampai kelas 6 SD memiliki akun tersebut. Padahal aturan yang berlaku kepemilikan akun media sosial harus sudah berusia 13 tahun ke atas.
Acara semakin meriah dan berjalan lancar. Antusiasme anak anak yang ingin tampil ke depan menjawab pertanyaan Kak Ningnong dijawab dengan lancar. Dan terus didegungkan selama literasi kalau anak-anak tidak boleh melakukan perundungan kepada sesama teman di sekolah, harus bersikap sopan, baik dan mau saling membantu. (Pram)

