
JAKARTA (Suara Karya): Inflasi di Provinsi DKI Jakarta pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,31% (month to month/mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,28% (mtm). Kenaikan ini juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (mtm). Meski demikian, inflasi Jakarta secara tahunan masih berada di level 2,69% (year on year/yoy), di bawah inflasi nasional yang mencapai 2,86% (yoy), dan tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Iwan Setiawan, menjelaskan bahwa kenaikan inflasi bulanan terutama didorong oleh lonjakan harga emas perhiasan yang mengikuti tren kenaikan harga emas global ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. “Kenaikan harga emas mendorong inflasi kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mencapai 2,51% secara bulanan, meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 0,69%,” kata Iwan, melalui keterangan tertulisnya dikutip, Selasa (4/11/2025).
Selain emas, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau juga memberi kontribusi besar terhadap inflasi dengan angka 0,33% (mtm). Peningkatan ini dipicu oleh naiknya harga cabai merah akibat menurunnya produksi, serta meningkatnya permintaan telur ayam ras untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kondisi cuaca yang kurang mendukung turut menekan produksi wortel, sementara harga beras masih bertahan di level tinggi karena belum masuk masa panen. Di sisi lain, turunnya harga tomat dan alpukat membantu menahan laju inflasi kelompok ini.
Tekanan inflasi juga datang dari kelompok Transportasi, yang naik 0,27% (mtm) akibat meningkatnya tarif angkutan udara dan penyesuaian tarif ojek online di tengah frekuensi hujan yang tinggi. Namun, diskon tarif tol Becakayu ikut membantu menekan tekanan inflasi lebih lanjut. Sementara itu, kelompok Pendidikan mencatat inflasi 0,37% (mtm) akibat kenaikan biaya akademik, khususnya di perguruan tinggi swasta.
Sebaliknya, kelompok Pakaian dan Alas Kaki justru mengalami deflasi sebesar 0,14% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami inflasi tipis. Penurunan harga sepatu olahraga pria menjadi faktor utama yang menekan kelompok ini.
Menurut Iwan, terkendalinya inflasi Jakarta tidak lepas dari sinergi aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta bersama BUMD pangan. Sepanjang Oktober 2025, berbagai program pengendalian harga terus digulirkan, seperti Program Pangan Bersubsidi, Pasar Murah, Pangan Murah, dan Bazaar Keliling.
Sebagai bentuk komitmen menjaga kestabilan harga beras, TPID juga membentuk Satgas Pemantauan Harga Beras yang secara aktif memantau harga di pasar-pasar tradisional, termasuk Pasar Induk Beras Cipinang dan fasilitas Rice Plant Cipinang. Tak hanya itu, pelatihan pengolahan cabai dan bawang untuk pelaku UMKM juga dilakukan sebagai langkah pengendalian di sisi hilir.
Dalam mendukung ketersediaan pasokan, TPID terus memperluas program urban farming seperti tanam serentak, bimbingan teknis, mobil klinik tanaman, serta pemanfaatan atap gedung (rooftop) sebagai lahan produktif. Distribusi pangan dijaga melalui armada truk BUMD pangan dan penjajakan kerja sama strategis dengan PT Pos Indonesia di bidang logistik dan distribusi bahan pangan.
Koordinasi teknis TPID dilaksanakan secara rutin setiap Kamis untuk memantau pergerakan harga, memperkuat kapasitas anggota, dan menyelaraskan program kerja melalui capacity building bersama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Bappenas, dan Perbanas.
Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru, Iwan mengimbau masyarakat agar bijak dalam berbelanja sesuai kebutuhan. Ia menegaskan, “TPID DKI Jakarta akan terus memperkuat strategi 4K: Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif serta mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga stabilitas harga di Ibu Kota.” (Boy)

