Suara Karya

Abemaciclib Disetujui BPOM, Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara

JAKARTA (Suara Karya): Harapan baru bagi pasien kanker payudara, setelah Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) menyetujui penggunaan Abemaciclib di Indonesia.

Diharapkan, pasien kanker payudara dengan HR+ HER2- pada stadium awal dengan risiko tinggi tak perlu berobat lagi ke luar negeri.

Chief Operating Officer (COO) ZP Therapeutics, Aylie Wijaya kepada wartawan, di Jakarta, Sabtu (17/6/23) menjelaskan, Abemaciclib adalah pengobatan bertarget untuk menghambat Cyclin-dependent kinase (CDK)4/6. Abemaciclib adalah tablet oral non-kemoterapi.

Abemaciclib bekerja dalam sel untuk memblokir aktivitas CDK4/6 dan membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker. Pada akhirnya sel kanker akan mati (berdasarkan studi praklinis). CDK 4/6 diaktifkan dengan mengikat Dcyclins.

Pada sel kanker payudara dengan estrogen receptor positive(ER+), cyclin D1 dan CDK4/6 mendorong fosforilasi protein retinoblastoma (Rb), perkembangan siklus sel, dan proliferasi sel.

“Pasien kanker payudara di Indonesia bisa dapat pengobatan Abemaciclib yang ditambah terapi endokrin adjuvant untuk terapi HR+ HER2- pada pasien kanker payudara stadium awal,” ujarnya.

Menurut Aylie, baru pertama kali BPOM menyetujui obat untuk stadium awal kanker payudara. Tertuma untuk jenis HR+ HER2-. “Obat ini diharapkan bisa memberi pilihan terapi bagi dokter-dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucapnya.

Dijelaskan, HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+.

Sedangkan HER2 singkatan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia2. HER2+ berarti sel tumor memproduksi protein yang disebut HER2/neu dalam kadar tinggi, yang terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.

Kehadirn Abemaciclib di Indonesia disambut Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Dr dr Tubagus Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM.

“Selama ini belum ada obat untuk HR+ HER2-. Pengobatan dilakukan lewat terapi hormonal atau dalam keadaan tertentu melalui kemoterapi,” katanya.

Lewat terapi itu diharapkan kekambuhan dari sel kanker akan lebih kecil. Kalau pun kambuh, bisa dalam hitungan tahun. Dengan adanya Abemaciclib diharapkan pasien di Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri.

“Di Indonesia saja pengobatan sudah bisa. Tidak usah ke luar negeri,” katanya menegaskan.

Ahli hematologi lainnya Prof Dr dr Ary Harryanto Sp.PD-KHOM menuturkan, jika kanker diterapi dengan benar maka pengobatannya tidak perlu ke luar negeri.

Sejauh ini menurut pengalamannya, pasien kanker yang meninggal karena metastase atau penyebaran itu sebesar 35 persen saja.

“Banyak pasien kanker yang meninggal karena faktor komorbid-nya seperti masalah kardiovaskular, mudah infeksi, atau penyakit lain seperti diabetes,” katanya.

Untuk itu dalam pengobatan kanker harus holistik. Artinya harus dilihat secara keseluruhan baik kondisi stadiumnya, fungsi organ, hingga penyakit lain yang diderita. Yang terpenting adalah deteksi dini.

“Untuk kanker payudara ingat ada SADARI. Lalu bisa mamografi meski alatnya belum tersebar,” katanya.

Prof Ary menjelaskan, perbedaan kanker dan tumor. Kanker memiliki racun yang akan merusak organ tubuh. Karena itu, badan pasien menjadi kurus dan mudah terkena infeksi. Sedangkan tumor hanya kelainan yang hanya menimbulkan benjolan.

“Kanker itu tak hanya penyakitnya saja yang kompleks, tetapi juga pengobatannya. Ditambah lagi biayanya yang sangat mahal. Satu suntikan saja seharga Rp70 juta. Karena itu, pentingnya deteksi dini agar pengobatannya tidak menjadi kompleks dan mahal,” katanya menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts