Suara Karya

Ditjen Diksi akan Tinjau Ulang Kurikulum Paket di Politeknik

JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) akan meninjau ulang kurikulum paket di politeknik. Nantinya, ada bidang keahlian menerapkan model kurikulum biasa dan ada yang tetap dipaketkan.

“Memang ada plus dan minusnya pembelajaran paket. Karena itu model tersebut tidak dihapuskan, tetapi hanya diterapkan pada bidang keahlian tertentu,” kata Dirjen Diksi, Kiki Yuliati dalam acara ‘Coffee Morning’ bersama Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di Jakarta, Rabu (12/9/23).

Kiki dalam kesempatan itu didampingi Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Pendidikan, Saryadi.

Kiki menjelaskan, kurikulum pembelajaran di pendidikan vokasi seharusnya bersifat lentur. Sehingga ilmu yang diajarkan bisa cepat mengakomodir perkembangan di lapangan.

“Prinsipnya kami ingin pembelajaran di kampus vokasi bisa diterapkan selentur mungkin, karena kompetensi yang harus dicapai lulusannya harus mengikuti perkembangan di lapangan,” ujarnya.

Namun, lanjut Kiki, ada beberapa bidang keahlian yang harus menggunakan kurikulum paket. Karena ada keahlian yang harus dikuasai lebih dulu, sebelum beranjak ke keahlian yang lebih tinggi.

“Di model paket, mahasiswa jika belum lulus di kompetensi dasar, maka tidak bisa naik ke level yang lebig tinggi. Karena dikhawatirkan mahasiswa akan kesulitan kedepannya. Memang jadi tidak fleksibel, tapi ada keahlian yang butuh tahapan seperti itu,” ujar Kiki.

Ditambahkan, pihaknya juga akan mencari masukan dari perguruan tinggi vokasi terkait penerapan model paket tersebut. Karena, mereka yang sesungguhnya pengguna kurikulum tersebut.

“Secara akademik, perguruan tinggi harus bertanggungjawab dengan cara pembelajaran yang dipilihnya,” ucapnya.

Menurut Kiki, akademisi yang selama ini menyusun kurikulum harus lebih banyak terekspos.oleh teknologi pembelajaran terbaru, sehingga cara pembelajaran dan strategi pembelajaran bisa selalu terkini.

“Dengan demikian, saat perguruan tinggi vokasi akan melakukan transformasi kurikulum, maka perubahan itu benar-benar bisa mengakomodir kebutuhan kompetensi di lapangan,” tuturnya.

Salah satu strategi pembelajaran yang sedang didorong oleh Ditjen Vokasi saat ini adalah ‘project based learning’. Mahasiswa yang memiliki kompetensi dan berhasil menyelesaikan project-nya akan lebih cepat lulus.

“Beberapa perguruan tinggi vokasi saat ini sudah banyak yang melakukan inovasi terkait kurikulum dan sistem pembelajaran. Adaptasi ini tidak melanggar regulasi. Hal itu dimungkunkan, termasuk menggelar semester antara (semester pendek),” ujarnya.

Kiki menyebut dalam trasformasi kurikulum, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu perkembangan teknologi, strategi pembelajaran, dan sarana prasarana yang dimiliki perguruan tinggi.

“Ketiga hal itu harus menjadi pertimbangan ketika akademisi akan melakukan transformasi kurikulum,” katanya.

Ia menyayangkan jika ada akademisi yang melakukan transformasi kurikulum tetapi tidak didukung sarana prasarana. Pada akhirnya kurikulum baru tersebut tidak berjalan maksimal.

Karena itu, lanjut Kiki, pihaknya akan melakukan berbagai upaya yang mendorong peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran dinpendidikan vokasi, baik jenjang menengah maupun perguruan tinggi.

“Pembenahan termasuk praktik baik di pendidikan vokasi. Sehingga pendidikan vokasi menjadi pilihan utama anak bangsa, bukan lantaran tidak diterima di kampus akademik,” ujarnya. (Tri Wahyuni)

Related posts