JAKARTA (Suara Karya): Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) bekerja sama Tempo Institute menggelar Forum Vocationomics, di Jakarta, Selasa (3/12/24).
Forum membahas strategi kebijakan yang menggabungkan pendidikan vokasi dengan agenda pembangunan ekonomi, sehingga terbentuk ‘co-creation value’ yang diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Pembahasan Vocationomics oleh pemangku kepentingan strategis tak sebatas melempar gagasan terkait pendidikan vokasi dalam agenda pembangunan ekonomi, tetapi juga dilengkapi best practice, kondisi eksisting, hingga peluangnya di masa depan.
Seperti disampaikan Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemdikdasmen, Adi Nuryanto, kemitraan strategis antara sektor pendidikan vokasi dan industri sebagai upaya transformasi ekonomi nasional sebenarnya telah digagas sejak lama.
“Kemitraan ini tidak hanya jadi jembatan yang menghubungkan institusi pendidikan vokasi dengan dunia usaha, tetapi juga menciptakan inovasi berbasis kebutuhan pasar,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Adi Nuryanto, Direktorat Mitras DUDI sejak 2023 mengembangkan satu wadah kemitraan bersifat integratif antara pendidikan vokasi dan industri yang bernama Mitreka Vokasi.
“Melalui platform ini, kami bisa lihat bagaimana gambaran kemitraan berjalan di lembaga pendidikan vokasi secara utuh. Kami juga bisa mengukur persepsi kemitraan dari dunia usaha, dunia industri kepada pendidikan vokasi,” ujarnya.
Mitreka Vokasi mencatatkan partisipasi 81 perguruan tinggi vokasi, 385 program studi, lebih dari 3.500 dosen dan staf, serta lebih dari 6.900 mahasiswa.
Sebagai hasilnya, indeks rata-rata kemitraan nasional pada angka 2,35 dari 4, dengan tiga variabel penilaian yaitu kesiapan, implementasi, dan output atau outcome kemitraan.
“Itu artinya, kemitraan pendidikan vokasi memiliki aspek kesiapan yang cukup, namun aspek implementasi dan output/outcome masih perlu ditingkatkan,” ucapnya.
Meski demikian Adi optimistis dengan penguatan kemitraan dan inovasi, pendidikan vokasi dapat menjadi penggerak transformasi ekonomi Indonesia.
Hal senada dikemukakan Direktur Fasilitasi Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Ayom Widipaminto. LPDP sebagai lembaga pengelola pembiayaan pendidikan mendukung vocationomics pada pengembangan SDM, dimana salah satu fokus utamanya adalah pembiayaan riset inovatif yang bertujuan menjadi lokomotif kemajuan ekonomi daerah.
“LPDP menggulirkan program ekosistem kemitraan potensi daerah. Program tersebut dirancang untuk menyelaraskan potensi lokal dengan kebutuhan dunia usaha dan industri,” ucapnya.
Ditambahkan, pendidikan vokasi diharapkan menjadi katalisator dalam menghasilkan tenaga kerja terampil dan mendorong optimalisasi potensi daerah secara berkelanjutan.
Dalam kesempatan yang sama, diluncurkan buku berjudul ‘Meretas Batas: Bergerak Bersama Membentuk Peta Masa Depan’ hasil kolaborasi bersama Mitras DUDI dan Tempo Institute.
Buku setebal 335 halaman tersebut berisi cerita penelitian 20 perguruan tinggi vokasi di seluruh Indonesia yang ditulis kembali dengan gaya yang lebih populer.
Isi buku menjelaskan semua sekat yang memisahkan ekonomi dari sektor-sektor lain, seperti politik, sosial, budaya, dan agama, termasuk pendidikan.
Banyak temuan yang selama ini tak tampak dalam analisis ekonomi bermunculan dalam penelitian ini. Di banyak daerah yang sektor pertaniannya kuat, misalkan, ditemukan banyak keluhan tentang tersendatnya proses regenerasi. Anak-anak muda tak lagi mau turun ke sawah, ladang, atau perkebunan karena dianggap tidak keren.
Pembahasan yang lebih lengkap Forum Vocationomics ini bisa disaksikan melalui kanal Youtube Tempo Institute. (Tri Wahyuni)