Suara Karya

Gelar TSG 2025, Komitmen Tanoto Foundation Bentuk Pemimpin Masa Depan yang Berdampak

JAKARTA (Suara Karya): Tanoto Foundation kembali menggelar Scholars Gathering (TSG), yang mempertemukan para penerima Tanoto Scholars dari angkatan yang sama dari seluruh Indonesia untuk saling belajar, membangun jejaring, dan memperkuat kapasitas kepemimpinan.

Kegiatan TSG 2025 berlangsung di Kompleks RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau, pada 24–26 Juli 2025. Hadir 291 penerima Tanoto Scholars dari berbagai perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation, antara lain IPB University, Universitas Diponegoro, UGM, UB, UI, USU, ITB, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, UNRI, dan Universitas Mulawarman.

CEO Tanoto Foundation, Benny Lee, menjelaskan, TSG bertujuan membentuk para penerima beasiswa TELADAN menjadi pemimpin panutan.

“Sesuai tema ‘Becoming the Champion of Good’, nilai utama yang kami tanamkan adalah setiap Tanoto Scholar harus menjadi teladan dalam berbuat kebaikan,” kata Benny dalam sambutan membuka TSG 2025, Jumat (25/7/25).

Ditambahkan, filosofi untuk senantiasa membawa dampak positif itu diwariskan pendiri Tanoto Foundation, yaitu Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. “Sebagai calon pemimpin masa depan, Tanoto Scholars harus mampu memimpin orang lain untuk berbuat baik, tak sekadar menjadi panutan,” ucapnya menegaskan.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Operating Officer RAPP, Eduward Ginting juga berpesan untuk para Tanoto Scholars agar menjadi pemimpin yang berdampak.

“Tanoto Scholars adalah para juara yang sudah terpilih melalui proses seleksi program TELADAN yang panjang. Karena itu, kalian harus memberi dampak tak hanya bagi lingkungan sekitar, tetapi cakupan yang lebih luas, yaitu negara Indonesia,” kata Eduward.

Di hari pertama, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan yang menjadi salah satu pembicara dalam TSG 2025 mengatakan, untuk menjadi pemimpin, harus memberi asupan yang positif kepada diri sendiri lebih dahulu.

“Kalian harus ‘feeding’ diri sendiri dengan hal-hal yang membangun. Berada di lingkungan yang positif, dan kelilingi oleh orang-orang yang mendukung dan sepemikiran,” tuturnya.

Selain itu, perbanyak komunikasi dengan orang-orang yang positif dan mendukung perkembangan dan kemajuan. Dan yang tak kalah penting, membaca buku-buku yang bermanfaat dan membangun juga.

“Gunakan sosial media hanya untuk melihat konten-konten yang berguna,” katanya.

Veronica menambahkan, menjadi pemimpin bukan hanya harus pintar, tetapi juga punya hati nurani. “Tema TSG tahun ini, ‘Becoming the Champion of Good’ sangatlah mengetuk hati. Akal dan budi adalah dua kata yang tak terpisahkan. Akal yang kuat, tanpa budi yang baik adalah percuma. Maka, jadilah pemimpin yang berhati nurani dan berdampak positif bagi sesama,” ujar Veronica.

Di hari kedua, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto mengatakan, masa kuliah tidak hanya belajar tapi juga membangun hal esensial lainnya untuk masa depan.

“Masa kuliah adalah golden time, manfaatkanlah sebaik mungkin. Disinilah adik-adik akan membangun jejaring, karakter, dan visi hidup. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk mengembangkan diri secara optimal,” ucap Brian.

Melengkapi sesinya, Menteri Brian juga membagikan 12 karakter untuk menjadi sukses. Karakter yang dirangkum dari orang-orang berhasil, yaitu keinginan kuat, keyakinan, sugesti diri, pengetahuan khusus, imajinasi, perencanaan terorganisir, keputusan tegas, kerja keras, tekun, gigih, dan kekuatan kelompok.

Selain itu, ada pikiran bawah sadar, otak sebagai pemancar dan penerima, dan miliki ‘the sixth sense’ dalam hal membangun intuisi baik dalam mengantisipasi kesempatan dan tantangan di bidang pendidikan, sains dan teknologi.

Mendiktisaintek mengajak mahasiswa peserta TSG 2025 untuk menjadi manusia yang tidak hanya baik dalam intelektual, tetapi juga berintegritas dan berdampak bagi masyarakat.

“Kita butuh orang-orang pintar, yang menghasilkan terobosan dan berdampak untuk mengubah kualitas hidup masyarakat. Bukan sekadar kompeten, tapi juga relevan dan kontributif,” kata Brian menandaskan.

Pada hari ketiga, CEO Thisable Enterprise, Angkie Yudistia berbagi pesan inspiratif tentang pentingnya menciptakan peluang. Ia menceritakan bagaimana kehilangan pendengaran di usia muda dan kesulitan yang dihadapinya justru memacunya untuk bangkit.

Berpegang pada nasihat dosennya untuk menciptakan kesempatan di tengah kesulitan, Angkie menemukan panggilannya sebagai seorang sociopreneur.

Ia pun berpesan agar Tanoto Scholars menjadi pemimpin masa depan yang memiliki empati, kesadaran diri, dan komitmen kuat pada kesetaraan dan mau berkolaborasi dengan semua pihak.

CEO Tanoto Foundation, Benny Lee di bagian akhir acara mengatakan, Program TELADAN dibuat lantaran masih tingginya pengangguran terdidik dan rendahnya kesiapan kepemimpinan muda menjadi tantangan serius menuju Indonesia Emas 2045.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) nasional per Februari 2025 tercatat 4,76 persen, dengan jumlah penganggur mencapai 7,28 juta jiwa.

“Yang mencemaskan, TPT lulusan perguruan tinggi justru semakin banyak, yakni mencapai 5,25 persen. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan antara output pendidikan tinggi dengan kebutuhan nyata pasar kerja,” ujarnya.

Situasi itunmenunjukkan, gelar akademis saja belum cukup untuk menjawab tantangan dunia kerja dan kepemimpinan masa depan. Dibutuhkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki soft skills yang relevan, kepemimpinan, kemampuan kolaborasi, serta kesadaran sosial yang kuat.

“Apalagi di era VUCA saat ini yang penuh dengan perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi.
Menjawab tantangan tersebut, kami membuat Program TELADAN (Transformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan) yang mendorong lahirnya lulusan-lulusan universitas yang siap menjadi pemimpin masa depan berdampak,” tutur Benny.

Program TELADAN memberi beasiswa pendidikan tinggi kepada mahasiswa S1 dari 10 perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation. Keunggulan dari Program Beasiswa TELADAN dengan beasiswa lainnya adalah, para Tanoto Scholars (sebutan untuk penerima program TELADAN) diberikan pelatihan kepemimpinan secara terstruktur dari semester dua hingga semester delapan untuk meningkatkan kepemimpinan dan soft skillsnya. (Tri Wahyuni)

Related posts