JAKARTA (Suara Karya): Lembaga riset independen IndoStrategi merilis hasil riset terkait evaluasi kinerja Kabinet Merah Putih di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Evaluasi dilakukan setelah 6 bulan masa kerja kabinet, terhitung sejak pelantikan pada Oktober 2024.
Direktur Riset IndoStrategi, Ali Noer Zaman menjelaskan, penilaian dilakukan berdasarkan tiga parameter utama, yaitu efektivitas kebijakan, kualitas tata kelola pemerintahan, dan kepemimpinan para menteri.
“Hasil riset menunjukkan, secara umum kinerja pemerintahan masuk kategori ‘sedang’, dengan skor rata-rata 3,54 dari skala penilaian 1-5,” kata Ali Noer Zaman dalam pemaparan di bilangan Jakarta Selatan, pada Rabu (30/4/25).
IndoStrategi mengidentifikasi 10 menteri dengan performa tertinggi. Para menteri dinilai memiliki kejelasan arah kebijakan, tata kelola yang efisien, serta gaya kepemimpinan yang responsif dan komunikatif.
“Para menteri ini mendapat nilai tinggi berkat kejelasan arah kebijakan, kemampuan tata kelola yang efisien, dan gaya kepemimpinan yang dianggap responsif dan komunikatif,” ucap alumni SciencePo Aix Marseille Perancis itu.
Berikut daftar 10 menteri dengan skor kinerja tertinggi. Pertama diraih Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dengan skor: 4,20; Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan skor: 4,15; Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi dengan skor: 4,09; dan Menteri Pekerjaan Umum, Dodi Hanggodo dengan skor: 4,08.
Berikutnya ada Menteri Agama, Nasaruddin Umar dengan skor: 4,07; Menteri Keuangan, Sri Mulyani dengan skor: 4,03; Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dengan skor: 3,96; Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dengan skor: 3,89; Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dengan skor: 3,88; dan terakhir Menteri Sekretariat Negara, Prasetyo Hadi dengan kor: 3,69.
IndoStrategi menilai, performa 10 menteri itu mencerminkan kemampuan adaptif dalam menjalankan program kerja, serta merespons dinamika publik secara cepat dan efektif.
Riset IndoStrategi dilaksanakan pada periode 17 Maret-25 April 2025, dengan menggunakan metodologi purposive sampling.
Riset menggunakan pendekatan kualitatif, dengan triangulasi data dari dokumen kebijakan nasional (Asta Cita dan RPJMN 2024–2029), melibatkan 67 ahli yang terpilih sesuai bidang dan kepakarannya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Riset juga diperkuat dengan Focus Group Discussion (FGD) para pakar, serta kajian media dan riset lain yang relevan. (Tri Wahyuni)