Suara Karya

Kemdikbud Luncurkan “Rumah Belajar” Versi Terbaru di Konferensi GESS Indonesia

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meluncurkan aplikasi Rumah Belajar versi terbaru. Aplikasi itu disiapkan untuk mendukung program Digitalisasi Pendidikan yang dimulai tahun ini di sejumlah sekolah di di Indonesia.

“Lewat Rumah Belajar, siswa dapat sumber belajar baru, selain dari guru,” kata Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Kemdikbud, Ananto Kusuma Seta saat membuka acara GESS (Global Educational Supplies and Solutions) Indonesia sekaligus peluncuran aplikasi Rumah Belajar versi terbaru, di Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Hadir dalam kesempatan itu, Kepala Seksi Pendidikan Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK), Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Amin Fatkhurrohman dan Managing Director Tarsus Indonesia (penyelenggara GESS Indonesia), Tri Turturi.

Ananto meminta pada para guru untuk meningkatkan kemampuan diri, guna memperkuat penerapan digitalisasi pendidikan di sekolah. Jika tidak, maka komputer tablet yang diperoleh tak memberi nilai tambah bagi siswa maupun dunia pendidikan di Indonesia.

“Digitalisasi pendidikan disini, bukan sekadar kasih komputer tablet ke siswa lalu urusan selesai. Karena teknologi itu hanya alat. Guru juga harus bisa memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan pembelajaran,” ujarnya.

Ananto menilai keberhasilan program Digitalisasi Sekolah ada pada guru. Bagaimana mengubah model pembelajaran, yang sebelumnya manual menggunakan kertas dan papan tulis, beralih ke tablet. “Perubahan pola pikir terkait digitalisasi sekolah tak hanya pada siswa, tetapi juga gurunya. Literasi digital bagi guru tak kalah penting,” ucapnya.

Ditanya apa guru kita sudah siap dalam menerapkan Digitalisasi Pendidikan, Ananto menilai, program itu dilakukan secara paralel. Artinya, siswa maupun gurunya belajar secara bersama. “Jadi bukan student center learning lagi, tetapi belajar bersama atau learner center learning,” ucapnya.

Soal konten, apakah Rumah Belajar dapat memenuhi harapan siswa, Ananto mengatakan, pihaknya akan terus mendesak Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom) Kemdikbud selalu kreator Rumah Belajar untuk lebih aktif dalam pembuatan konten Rumah Belajar.

“Upaya itu tidak bisa dilakukan sendirian. Perlu ada kerja sama dengan public private partnership. Termasuk institusi semacam GESS Indonesia ini,” katanya.

Menurut Ananto, tema “What Will You Create” yang diangkat GESS Indonesia 2019 sangat relevan dengan fokus pendidikan Indonesia kedepan, yaitu meningkatkan kreativitas anak Indonesia.

“Kemajuan teknologi memiliki korelasi dengan kreativitas. Menurut kami, teknologi yang dihadirkan di GESS Indonesia 2019 dapat berkontribusi dalam menciptakan kreator di Indonesia,” tegasnya.

Ananto menambahkan, dulu jarak antara kreator dan kreasi sangat jauh, karena orang harus pergi ke perpustakaan. Sekarang jarak itu makin dekat melalui gadget, karena informasi kini bisa diakses hanya menggunakan jari di smartphone.

“Seorang pendidik dituntut untuk merombak metode pendidikan, agar dapat menciptakan kreator. Selama ini pendidikan lebih banyak diarahkan untuk menghapal. Karena itu kita harus naik kasta. Puncak kasta tertinggi adalah kreatifitas itu sendiri,” kata Ananto.

Managing Director Tarsus Indonesia, Tri Turturi mengemukakan, konferensi pendidikan terbesar di Asia Tenggara ini dilaksanakan pada 18-20 September 2019. Lebih dari 100 sesi konferensi pendidikan untuk membantu dunia pendidikan di Indonesia. Konferensi terbagi ke dalam 5 stage, yaitu GESS Talks, Leadership Stream, Edtech In Action, Innovation Stage dan Future Learning.

“Perhelatan yang sudah digelar untuk kelima kalinya ini, memboyong sekitar 80 exhibitors dari 15 negara. Mereka menampilkan solusi inovatif penunjang pendidikan, yang mana 50 persennya berasal dari luar Indonesia,” kata Tri Turturi menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts