Suara Karya

Kepala Sekolah dari Guru Penggerak: Merdeka Belajar Bantu Transformasi Pembelajaran

JAKARTA (Suara Karya): Arika merupakan peserta Pendidikan Guru Penggerak angkatan 2 dari Kota Surabaya. Ia diangkat sebagai kepala Sekolah di SDN Sulung sejak Maret 2023. Arika merupakan satu dari 16 Guru Penggerak yang diangkat oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya pada Maret 2023 lalu. Saat ini ada sekitar 74 Guru Penggerak sedang menjalani proses seleksi sebagai kepala sekolah.

“Saya beruntung ditempatkan di SDN Sulung, karena sekolah ini masuk dalam cagar budaya kota Surabaya. Sekolah ini tempat Raden Soekeni Sosrodiarjo, ayah dari Presiden Soekarno mengajar pada 1901,” ujarnya.

Sebagai Guru Penggerak, Arika terbiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran. Hal itu berguna untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan siswanya.

Selain itu, Arika tertantang untuk selalu kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi yang menarik perhatian siswa dan menyelesaikan masalah yang muncul.

“Kebijakan Merdeka Belajar membantu saya dalam memberi layanan pada murid. Kebijakan itu juga memberi kemerdekaan pada guru dan siswa dalam proses pembelajaran,” ucap Erika menegaskan.

Ditambahkan, lewat pembelajaran berdiferensiasi guru dapat menggunakan berbagi metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai kebutuhan mereka.

“Kebutuhan itu dapat berupa pengetahuan, gaya belajar, minat, potensi siswa, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah,” katanya.

Kebijakan Merdeka Belajar juga mendorong kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran. Caranya, memberi siswa kesempatan untuk berpikir kritis dan berkreasi, sehingga kemampuan berpikir berkembang lebih tinggi,” tuturnya.

Selain mengembangkan profil pelajar Pancasila yang memilih sikap, keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan tantangan abad 21. Ditanya perubahan paling besar setelah ikut Program Guru Penggerak, Arika mengatakan, pola pikir dan cara mengajar yang kini disesuaikan dengan filosofi Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, yaitu mendidik siswa sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

“Kodrat alam adalah potensi dari Tuhan. Setiap siswa memiliki karakteristik unik, yang berbeda satu sama lainnya,” katanya.

Karena itu, lanjut Arika, tugas guru untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki setiap siswa. Sedangkan kodrat zaman adalah era globalisasi saat ini.

“Sebagai guru saya harus memberi arahan dan bimbingan dalam menyikapi kemajuan teknologi. Mengajarkan murid-murid untuk menyerap mana yang terbaik dari setiap pengaruh budaya luar itu,” ucapnya.

Soal dampak PGP untuk tugasnya sebagai kepala sekolah, menurut Arika, hal itu memberi dampak positif atas peran yang diembannya saat ini sebagai kepala sekolah.

“Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memiliki visi dan tujuan yang jelas, menciptakan lingkungan yang mendukung pertukaran ide dan motivasi, serta menerapkan nilai-nilai kebhinekaan, inklusi dan ramah anak,” katanya.

Selain itu, tambah Arika, kepala sekolah harus bisa membantu para guru agar menjadi pemimpin pembelajaran yang berpusat dan berpihak pada siswa. “Kami dilatih untuk mengembangkan diri dari guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi,” ujarnya.

Berkat pelatihan selama 9 bulan, kepala sekolah dari Guru Penggerak juga memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesi kode etik kepala sekolah.

Sebagai orang yang sejak kecil bercita-cita menjadi guru, ia menilai jika Guru Penggerak diangkat sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah hal itu akan berdampak positif terhadap dunia pendidilan. Karena Guru Penggerak diproyeksikan sebagai agen perubahan.

“Sebagai agen perubahan akan mendorong gerakan transformasi pendidikan, yang pada akhirnya dapat menghasilkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan global san berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa,” kata Arika menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts