JAKARTA (Suara Karya): Enam industri dan satu asosiasi serentak melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) dengan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemdikbudristek.
Keenam industri itu menyatakan komitmennya untuk memajukan pendidikan vokasi di Tanah Air. Mereka adalah Childfund International, PT Komatsu Indonesia, PT Pegadaian, PT Tira Austenite, PT Educa Sisfomedia Indonesia (Gamelab), Oracle Academy, dan PT Commeasure Solutions Indonesia (Reddoorz).
Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto menjelaskan, kemitraan yang dibangun itu bertujuan untuk mencapai keselarasan, sehingga proses pembelajaran relevan dengan kebutuhan dunia kerja, baik di masa kini maupun masa depan.
“Di era yang kian dinamis saat ini, pendidikan vokasi memiliki posisi strategis dalam mencetak tenaga kerja terampil yang sesuai standar industri,” kata Wikan usai penandatanganan PKS dengan 6 industri dan 1 asosiasi di Magelang, Jawa Tengah, Jumat (20/5/22).
Terwujudnya keselarasan melalui penguatan kemitraan, lanjut Wikan, akan menghasilkan SDM vokasi yang mampu meningkatkan daya saing industri. Artinya, vokasi hari ini berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
“Kalau untuk ‘link&match’ tidak bisa sekadar penandatangan kerja sama. Tapi sudah masuk rencana kerja, yang diujicoba dengan kurikulum baru,” ujarnya.
Wikan menyebut ada sebanyak 5.554 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang menerapkan kurikulum baru atau 70 persen dari jumlah SMK Tanah Air, pada tahun ini. Ditambah lagi, hadirnya SMK pusat keunggulan (PK) akan melatih SMK lain untuk berkembang.
“Kami optimistis penandatanganan PKS kali ini akan menjadi lebih dari sekadar seremonial. Terima kasih kepada perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengan pendidikan vokasi,” tutur Wikan.
Ditegaskan, kemitraan yang dibangun harus diupayakan lewat kerja sama yang saling menguntungkan (mutual benefit). Sebagai penerima manfaat atau pengguna lulusan SDM vokasi, DUDI harus digandeng untuk berperan aktif, mulai dari proses penyusunan kurikulum yang sesuai kebutuhan hingga penyerapan lulusannya.
Ia menyebut tantangan yang dihadapi satuan pendidikan vokasi adalah mengejar ketertinggalan dari DUDI yang dari sisi teknologi maupun inovasi bergerak lebih cepat dibanding dunia pendidikan.
“Meski tidak mungkin pendidikan dapat mengejar ketertinggalan, setidaknya kita dapat mengurangi jarak ketertinggalan tersebut. Bahkan targetnya adalah bergerak bersama menyamakan perkembangan industri,” ucap Wikan.
Penandatanganan PKS serentak adalah langkah awal penguatan soft skills, hard skills, dan pengenalan karakter budaya kerja bagi peserta didik vokasi. Diharapkan, upaya itu memberi perspektif tentang kontribusi vokasi yang dapat dikolaborasikan pada industri pengguna.
“Semakin banyak industri yang terlibat, hal itu diharapkan mendorong DUDI lain untuk ikut berkontribusi dalam pendidikan vokasi,” ujar mantan Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Wikan juga berharap DUDI yang hadir dalam acara meningkatkan kerja samanya hingga level paripurna. Langkah penguatan hubungan merupakan keniscayaan yang wajib dilakukan untuk mereplikasi implementasi kerja sama, serta meningkatkan kualitas kerja sama agar lebih mendalam, menyeluruh, dan berkelanjutan.
Sasaran kerja sama yang tercantum dalam PKS, meliputi implementasi paket 8+1 link and match yang dituangkan dalam ruang lingkup perjanjian tersebut. Diantaranya, penyelarasan kurikulum dengan DUDI; pembelajaran berbasis proyek riil dari industri; dan peningkatan kompetensi bagi instruktur/guru/dosen, tenaga kependidikan dan peserta didik melalui magang dan pelatihan.
Selain itu pelaksanaan praktik kerja lapangan; pelaksanaan sertifikasi kompetensi sesuai standar dan kebutuhan dari industri; penyediaan instruktur/guru/dosen tamu dari industri di satuan pendidikan vokasi; fasilitasi riset terapan untuk dukungan teaching factory; komitmen industri merekrut lulusan pendidikan vokasi; serta fasilitasi pemberian beasiswa.
Dalam kesempatan yang sama, Wikan juga menyaksikan penandatanganan Rencana Kerja yang disusun Ditjen Pendidikan Vokasi dengan beberapa industri. Hal itu merupakan tindak lanjut atas penandatanganan PKS sebelumnya.
Beberapa pihak yang menandatangani rencana kerja, antara lain Ditjen Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, PT Kawan Lama Sejahtera, PT Tera Data Indonusa (Axioo), PT LX International, PT Cipta Karsa Adikarya, Yayasan Plan International Indonesia, dan Asosiasi Game Indonesia.
Wikan berharap, jalinan kemitraan itu mampu membentuk aliansi strategis bagi pertumbuhan ekosistem pembangunan industri nasional serta peningkatan keterampilan SDM Indonesia.
“Kami berharap nantinya kemitraan yang dibangun ini menjadi bukti jika pemerintah hari ini solid membangun generasi anak bangsa yang berdaya saing, serta menjamin kesejahteraan hidup dengan bekal pengetahuan dan ilmu yang mumpuni,” ujarnya.
Sementara Plt Direktur Kemitraan dan Penyelarasan (Mitras) DUDI, Saryadi menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh mitra DUDI. Mitra industri memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
“Kemajuan pendidikan vokasi merupakan tanggung jawab semua pihak, tak hanya pemerintah, tapi juga kalangan DUDI sebagai ‘end user’ lulusan pendidikan vokasi,” kata Saryadi.
Ditambahkan, mitra dunia usaha dan dunia industri memiliki posisi strategis dalam pendidikan vokasi. Karena itu, Direktorat Mitras DUDI terus berupaya mendorong keterlibatan dunia usaha dan dunia industri serta asosiasi dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
Hadir pada kegiatan pendatanganan PKS, yaitu Direktur Teknik dan Lingkungan Ketengalistrikan Kementerian ESDM; CEO PT Tira Austenite; Country Director ChildFund International; Direktur PT Educa Sisfomedia; Direktur Hubungan Pemerintahan, PT Commeasure Solutions Indonesia; Ketua AGI; dan Ketua CAKRA.
Sementara itu pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, antara lain Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Wartanto, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan Wardani Sugiyanto, dan Direktur Akedemik Pendidikan Tinggi Vokasi Beny Bandanadjadja. (Tri Wahyuni)