JAKARTA (Suara Karya): Institut Pariwisata (IP) Trisakti didukung Diageo menggelar pelatihan bertajuk ‘Learning for Life’ untuk membekali mahasiswanya softskills yang dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia kerja.
“Dunia kerja yang penuh dinamika menuntut generasi muda bukan hanya piawai secara teknis, tapi juga tangguh secara mental. Sikap itulah yang diasah dalam pelatihan ini,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IP Trisakti, Agus Riyadi Ph.D, CHIA, QCRA, disela kegiatan, Selasa (14/10/25).
Pelatihan juga melibatkan Dapoer Dongeng, mitra pelaksana yang namanya telah berkibar di industri pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) lebih dari 10 tahun.
Agus Riyadi menjelaskan, Learning for Life tak hanya menjadi bagian dari strategi kampus dalam memperkuat keterampilan nonteknis mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada poin kegiatan kemahasiswaan nasional.
“Selain ikut program internship dan kompetensi teknis, mahasiswa IP Trisakti harus punya softskills, seperti kemampuan komunikasi, manajemen waktu, dan adaptasi di tempat kerja. Semua itu dipelajari dalam pelatihan Learning for Life,” tuturnya.
Ditambahkan, pelatihan itu harus diikuti seluruh mahasiswa IP Trisakti, terutama mereka yang duduk di tingkat akhir, karena sertifikat yang diperoleh tersebut akan masuk dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).
Hasil pelatihan, lanjut Agus Riyadi, nantinya juga menjadi bahan evaluasi kurikulum untuk prodi terkait. Sehingga kepala prodi akan memberi tambahan materi yang dibutuhkan mahasiswa.
Dan yang terpenting, program pelatihan tersebut bisa diikuti mahasiswa tanpa dipungut biaya. Karena kegiatan itu difasilitasi melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dari mitra industri IP Trisakti, seperti Diageo.
Dalam kesempatan yang sama, Curator Produser Dapoer Dongeng, Yudhi Soerjoatmodjo menjelaskan,
Learning for Life bukan sekadar pelatihan, tapi upaya ‘meracik pengetahuan’ agar lebih mudah dicerna mahasiswa dan menyenangkan.
“Kami percaya belajar harus seperti memasak, yaitu enak, seru, dan menggugah rasa ingin tahu,” tuturnya.
Dapoer Dongeng mengajak mahasiswa lebih siap menghadapi dunia kerja melalui pembelajaran kreatif. “Bagi kami, pelatihan bukan hanya tentang keterampilan hidup, tetapi juga tentang belajar tumbuh dan bertahan di dunia nyata,” tegasnya.
Yudhi menyebut pelatihan pertama yang berlangsung April-Mei 2025 diikuti sekitar 400 peserta. Pelatihan akan berlanjut untuk 700 mahasiswa semester 1, 3, dan 7 selama Oktober-November 2025.
Yudhi menilai pelatihan semacam ini penting di tengah stigma negatif yang sering dilekatkan pada pekerja muda atau Gen Z, seperti dianggap mudah menyerah atau ‘strawberry generation’.
“Padahal, Gen Z hanya punya cara pandang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka menuntut keseimbangan hidup dan lingkungan kerja yang sehat,” ujarnya.
Untuk itu, mahasiswa dilatih agar memiliki daya tahan, bisa berpikir kritis, komunikasi yang baik, kemampuan beradaptasi dan kolaborasi. “Dunia kerja sekarang butuh softskills seperti itu,” ucapnya.
Pelatihan yang dikelola Dapoer Dongeng memang agak berbeda dari biasanya, yang umumnya suka mengundang narasumber untuk berbicara. Komunikasi satu arah semacam itu dinilai Yudhi, tidaklah efektif.
“Pelatihan dibuat dengan metode interaktif seperti game dan studi kasus, agar mahasiswa merasakan situasi nyata di tempat kerja. Bagaimana cara menghadapi atasan yang menuntut tinggi, rekan kerja yang tidak sevisi, atau pelanggan yang sulit,” tuturnya.
Pelatihan yang diberikan Dapoer Dongeng mengajarkan 6 tahapan keterampilan hidup, yaitu Work Mindset, Growth Mindset, Resilience, Teamwork, Strategic Communication, dan akhirnya Work-Life Balance.
“Semua dirancang untuk membantu mahasiswa lebih siap saat memasuki masa magang atau kerja pertama,” tegasnya.
Salah satu materi unik yang diberikan adalah Responsible Customer Service, pemahaman bagaimana melayani secara profesional di industri perhotelan dan kuliner. Termasuk saat berhadapan dengan tamu yang mengonsumsi alkohol.
“Di negara seperti Indonesia, penting bagi mahasiswa untuk bersikap profesional, tapi tetap sesuai nilai dan etika kita. Seperti ajakan minum minuman beralkohol, kita bisa kok menolak secara halus,” ujar Yudhi menandaskan. (Tri Wahyuni)