Suara Karya

Lewat Enatex, Unika Atma Jaya Dukung Industri Tekstil di Tanah Air

JAKARTA (Suara Karya): Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya bersama mitra internasional mengembangkan proyek penelitian terapan bertajuk ‘Enatex’. Proyek tersebut guna mendukung pertumbuhan industri tekstil di Tanah Air.

“Industri tekstil mendapat perhatian, karena masuk dalam 10 sektor industri stratejik di Indonesia yang diinisiasi Kementerian Perindustrian, melalui rencana induk ‘Making Indonesia 4.0’,” kata RektorUnika Atma Jaya, Dr Agustinus Prasetyantoko dalam simposium internasional terkait Enatex, di Jakarta, Selasa (24/5/22).

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Proyek Enatex dari IZES gGmbH Jerman, Bernhard Wern.

Prasetyantoko menjelaskan, Enatex adalah satu dari tiga proyek kerja sama Indonesia dengan Jerman melalui Skema Client II atau kemitraan internasional untuk inovasi berkelanjutan. Skema itu disponsori Bundesministerium für Bildung und Forschung (BMBF) atau Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman.

Proyek tersebut untuk mendukung pertumbuhan industri tekstil Indonesia di masa depan, lewat pendekatan teknologi dan proses inovatif yang berkelanjutan. Kegiatan berlangsung selama 2021-2024.

“Jika industri melakukan beragam upaya efisiensi energi dalam jangka pendek, hal itu akan berdampak pada pengurangan konsumsi energi hingga 30 persen. Upaya ini menjadi peluang stratejik, mengingat biaya energi di Indonesia mencapai 25 persen dari total biaya produksi,” tuturnya.

Industri tekstil sendiri, lanjut Rektor Unika Atma Jaya, memiliki potensi besar dalam penghematan energi. Terutama pada proses ‘finishing’ yang paling besar konsumsi energnya, yakni sekitar 80 persen.

“Kerja sama penelitian ini juga melibatkan
lembaga penelitian yang mumpuni dalam efisiensi energi, IZES gGmbH selaku koordinator proyek EnaTex,” kata Prasetyantoko seraya menambahkan perguruan tinggi lain yang masuk dalam konsorsium Enatex adalah Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

Rektor Unika Atma Jaya yang juga menjabat sebagai advisor Indonesia Global Compact Network (IGCN) itu mengungkapkan, keikutsertaan kampusnya dalam konsorsium EnaTex ingin membantu pemerintah dalam realisasi rencana stratejik ‘Making Indonesia 4.0’.

Disebutkan, proyek Enatex melibatkan dua fakultas di Unika Atma Jaya, yakni Fakultas Teknik dan Fakultas Psikologi. Hal itu menunjukkan perlu pendekatan multidisiplin dalam mewujudkan efisiensi energi, yakni rekayasa teknologi dan rekayasa perilaku.

“Sebagai universitas terkemuda di Indonesia, kami ingin menunjukan komitmen dalam pemenuhan agenda pembangunan berkelanjutan, pascapandemi covid-19. Hal ini terefleksi dalam peluncuran Atma Jaya Sustainability Hub pada 2021 lalu,” ujarnya.

Komitmen Atma Jaya yang sama ditegaskan pula dalam kerja sama proyek Enatex, yang memiliki tujuan untuk proyeksi pembangunan yang inovatif, menggunakam teknologi serta proses berkelanjutan pada industri tekstil.

Konsorsium Enatex terdiri dari 6 mitra ilmiah dan 4 industri dari Jerman dan Indonesia. Diharapkan terjadi kolaborasi antara penyedia teknologi Jerman dan Indonesia dan perusahaan tekstil, universitas, dan lembaga penelitian dalam sektor tekstil dan energi yang berkelanjutan.

“Inovasi dan langkah teknis dikembangkan secara optimal. Hasilnya akan dievaluasi sesuai dampaknya terhadap efisiensi energi dan emisi CO2. Evaluasi didasarkan pada kriteria lingkungan, energi, sosial dan ekonomi,” tutur Prasetyantoko.

Rektor menambahkan, Unika Atma Jaya secara lugas menempatkan diri sebagai bagian dari kelompok terdepan menghadapi berbagai perubahan, baik terkait tantangan teknologi, masa depan berkelanjutan serta kepedulian sosial.

Menghadapi masyarakat pasca-pandemi, Unika Atma Jaya merumuskan proposisi nilai ‘Transformation for Sustainable Future’ sebagai penjabaran semangat pendiri menghadapi tantangan perubahan zaman terkini.

Berbagai program disiapkan Unika Atma Jaya, seperti Mata Kuliah Lintas Program Studi (MLP) yang fokus pada isu keberlanjutan, program pendampingan mahasiswa secara berkelanjutan, serta berbagai program penelitian dan pengabdian masyarakat yang merupakan penjabaran dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

“Bagi Unika Atma Jaya, partisipasi dalam proyek ini menjadi turunan misi institusi, yakni mendarmabaktikan keahlian dalam bidang IPTEK untuk kepentingan masyarakat,” ujar Prasetyantoko.

Ditegaskan, adopsi teknologi, kolaborasi dengan dunia industri dan institusi global serta peningkatan akreditasi bertaraf internasional merupakan program yang secara berkelanjutan dijalankan guna memastikan mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (P2M) di Unika Atma Jaya semakin berkualitas dan berstandar global.

“Dunia pascapandemi menginspirasi Unika Atma Jaya untuk lahir kembali menjadi institusi pendidikan yang berorientasi pada keunggulan dan mepedulian sebagai kelanjutan dari semangat para pendiri ‘Untuk Tuhan dan Tanah Air’,” kata Prasetyantoko menandaskan.

Hal senada dikemukakan Hal senada dikemukakan Ketua Proyek Enatex dari IZES gGmbH, Bernhard Wern. Dalam simposium itu, Bernhard menegaskan, hasil dari proyek akan masuk dalam paket tindakan yang akan diimplementasikan sebagai bagian dari pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). (Tri Wahyuni)

Related posts