JAKARTA (Suara Karya): Masyarakat diminta waspada atas kemungkinan merebaknya kembali kasus demam berdarah dengue (DBD) di sejumlah kota di Indonesia pada Juli-Agustus 2024.
Demikian dikemukakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan (Kemkes), dr Imran Pambudi dalam temu media terkait peringatan ASEAN Dengue Day, di Jakarta, Jumat (14/6/24).
Hadir dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Erni Juwita Nelwan dari Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik Infeksi.
Imran menyebut, puncak musim kemarau 2024 pada Juli terjadi di sebagian Pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Utara.
Pada Agustus, puncak musim kemarau terjadi di sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku dan sebagian Pulau Papua.
“Pentingnya masyarakat mulai melakukan 3M Plus secara berkelanjutan untuk menekan pertumbuhan nyamuk demam berdarah dengue,” ujarnya.
Kewaspadaan terhadap DBD menjadi penting, karena data Kementerian Kesehatan mencatat kasus DBD hingga minggu ke-17 atau 30 April 2024 sebanyak 88.593 orang dan kematian akibat DBD sebanyak 621 orang.
Kasus DBD tersebut tersebar di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi. Kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi. Sedangkan angka suspek DBD hingga minggu ke-17 sebanyak 262.463 orang.
Imran mengungkapkan, kasus DBD kembali meruak sebagai dampak atas perubahan siklus DBD di Indonesia dari 10 tahunan menjadi 3 tahunan, akibat fenomena El Nino. Bahkan, di sejumlah kota, siklus itu telah menjadi satu tahunan.
“Kota Jakarta masuk dalam siklus satu tahunan ini. Karena itu, kasus DBD selalu ada di sepanjang tahun,” ujarnya.
Masih tinggi kasus DBD di Indonesia, menurut Imran, lantaran kurangnya kewaspadaan masyarakat tentang gejala awal DBD. Selain juga belum diterapkannya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
“Masyarakat masih memilih fogging, ketimbang PSN 3M Plus. Padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya. Sehingga nyamuk terus bertumbuh, meski sering difogging,” tuturnya.
Karena itu, Imran berharap kepada masyarakat untuk membantu menyosialisasikan PSN 3M Plus di media sosial, sehingga timbul kewaspadaan dini terkait DBD dan mulai menerapkan PSN 3M Plus di lingkungan sekitar rumah masing-masing.
“Jika upaya itu tidak dilakukan, kasus DBD akan terjadi sepanjang tahun. Karena selalu kesempatan bagi jentik nyamuk untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan nyamuk itu juga didukung oleh perubahan iklim akibat fenomena El Nino,” katanya.
Menurut Imran, kasus DBD tak hanya masalah Indonesia, tetapi juga negara-negara di kawasan ASEAN. Sebagai pengingat, 15 Juni ditetapkan sebagai ASEAN Dengue Day.
“Penetapan ASEAN Dengue Day, karena kasus DBD itu terjadi di seluruh negara anggota ASEAN dan Amerika Selatan,” katanya.
Dalam pertemuan The Global Strategi for Dengue Prevention and Control 2012-2020 disepakati penurunan angka kematian akibat dengue minimal 50 persen pada 2020.
Sedangkan penurunan angka kesakitan dengue, juga disepakati minimal 25 persen pada 2020. Di Indonesia sendiri, incidence rate (IR) terjadi peningkatan, meski case fatality rate (CFR) menurun.
Agar CFR turun, menurut Prof Dr Erni Juwita Nelwan, pentingnya masyarakat mengetahui gejala DBD. Sehingga bisa dilakukan tindakan segera agar pasien tidak syok saat terjadi kebocoran pembuluh darah.
“Jika didiagnosa DBD, segera minta di rumah sakit, apalagi anak-anak dan lansia. Karena ciri khas DBD adalah kebocoran pembuluh darah di hari ke-4, lalu menutup sendiri di hari ke-6. Pasien harus dijaga agar tidak syok,” ujarnya.
Pasien akan mengalami demam kembali, tetapi masa kritis sudah lewat. Secara perlahan, kadar trombosit akan naik lagi. Lalu, pasien dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah
Disebutkan, sejumlah gejala DBD seperti demam tinggi hingga mencapai 400 C, nyeri kepala berat, nyeri pada otot, sendi, tulang, dan bagian belakang mata.
Nafsu makan menurun, mual dan muntah.
Selain itu, terjadi pembengkakan kelenjar getah bening, kadar trombosit turun drastis, kerusakan pada pembuluh darah dan kelenjar getah bening, timbul bintik-bintik atau bercak merah pada kulit 2 hingga 5 hari pasca demam.
Perdarahan dari hidung, gusi, atau bagian bawah kulit. Penyakit DBD yang memburuk hingga mengancam keselamatan jiwa dikenal dengan istilah sindrom syok dengue atau demam berdarah tahap lanjut. (Tri Wahyuni)