Suara Karya

Penurunan Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Diprediksi Berlanjut

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara mengenai revolusi indutri 4.0 di Kementerian ESDM, Jakarta, (Foto/Antara)

JAKARTA (Suara Karya): Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020, pmeleset jauh dari perkiraan. Semula diperkirakan bisa tumbuh 4,4 persen, tetapi pada kenyataannya hanya tumbuh 2,97 persen. Penyebabnya adalah tingkat konsumsi rumah tangga yang juga meleset dari proyeksi, semula diperkirakan 5 persen, tetapi hanya tumbuh 2,8 persen.

Kabar buruknya,  penurunan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan berlanjut di kuartal II 2020, bahkan kemungkinan penurunannya lebih tajam.

Untuk diketahui, konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi dua sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karenanya, jika salah satu kinerjanya merosot, pertumbuhan ekonomi juga ikut menukik.

“Untuk kuartal kedua, konsumsi rumah tangga diprediksi akan memburuk karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) puncaknya terjadi pada Mei dan kemungkinan sampai Juni, PSBB dilakukan lebih massif  di berbagai daerah sehingga belanja rumah tangga akan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Seperti yang terjadi di bulan Maret, ketika WFH (Work From Home) saja sudah menurunkan belanja, utamanya untuk bidang transportasi yang diperkirakan di kuartal kedua ini belanja transportasi dan yang terkait dengannya akan merosot tajam,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Minggu (10/5/2020).

Menurut Sri Mulyani, kebijakan pemerintah memberikan bantuan sosial (Bansos) yang jumlahnya diperluas hingga nyaris meliputi 60 persen masyarakat Indonesia yang terdampak wabah Covid 19, merupakan strategi untuk mendorong agar konsumsi rumah tangga tetap tumbuh dengan menjaga daya beli masyarakat.

Tak bisa dipungkiri, menurunnya konsumsi rumah tangga disebabkan karena menurunnya permintaan masyarakat karena pembatasan sosial yang diberlakukan dalam upaya mencegah penyebaran Covid 19.

Selain itu daya beli masyarakat semakin menurun, karena sejak merebaknya wabah Covid 19 banyak sektor usaha yang membatasi bahkan menghentikan aktivitasnya sehingga banyak pekerja yang dirumahkan dan di-PHK.

“Kita berharap wabah Covid 19 ini segera mereda, sehingga kita bisa memberikan relaksasi sosial dan perekonomian akan kembali berdenyut. Tapi kalau situasinya tidak juga mereda, kita tentu harus menerima konsekuensinya yang tidak terhindarkan pada tingkat konsumsi rumah tangga dan perekonomian,” ujar Sri Mulyani.

Pemerintah sudah memperhitungkan dua skenario menghadapi dampak wabah Covid 19 pada perekonomian. Baseline-nya perekonomian akan tumbuh 2,3 persen sampai akhir tahun meski di tengah tekanan besar.
Itu artinya, kata Menkeu, konsumsi masyarakat masih tumbuh positif.  Tapi jika skenario terburuk yang terjadi, pertumbuhan ekonomi hanya 0,5 persen, maka tingkat konsumi rumah tangga akan mengalami pertumbuhan 0 persen secara keseluruhan.

“ Kita berharap skenario terbaik, sehingga perekonomian akan sedikit pulih di kuartal ke-3 dan ke-empat,” tukas Menkeu.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik juga sudah menyajikan data penurunan yang dalam tingkat konsumsi rumah tangga di kuartal I 2020 sebesar 2,8 persen, jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2019, dimana konsumsi rumah tangga masih dapat tumbuh sebesar 5,02 persen.

“Karenanya, menjaga daya beli masyarakat menjadi sesuatu yang penting karena sumber petumbuhan ekonomi Indonesia terbesar adalah konsumsi rumah tangga selain investasi,” kata Kepala BPS Suhariyanto.

Berdasarkan data BPS, komponen konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh positif di kuartal I 2020 antara lain sektor perumahan, perlengkapan rumah tangga dan kesehatan. Sedangkan komponen yang mengalami perlambatan, antara lain konsumsi makanan dan minumm, resto dan hotel. Dan komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami kontraksi, antara lain pakaian, alas kaki dan jasa perawatan, transportasi dan komunikasi.

Penurunan tajam juga terjadi pada penjualan eceran yangterkontraksi sebesar 2,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tumbuh 8,79 persen. Penjualan eceran yang mengalami kontaksi antara lain penjualan sandang, bahan bakar, barang budaya dan rekreasi.

Selain itu, penjualan wholesale untuk mobil penumpang juga mengalami kontraksi sebesar 4,51 persen, dan penjualan sepeda motor menurun drastis menjadi 17,2 persen.

Related posts