JAKARTA (Suara Karya): Universitas Bunda Mulia (UBM) selalu terdepan dalam kualitas. Perguruan tinggi yang berlokasi di kawasan Alam Sutera, Kota Tangerang tersebut kini memiliki dua akreditasi untuk institusi.
Akreditasi pertama datang dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan peringkat tertinggi, yaitu Unggul, dan kedua adalah akreditasi internasional dari ASIIN Jerman.
Akreditasi ASIIN Jerman diakui pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) RI Nomor 83/P/2020. Akreditasi tersebut diharapkan memberi dampak positif pada atmosfer akademis.
“Perolehan akreditasi internasional ASIIN ini merupakan bukti kerja keras seluruh civitas akademika UBM, dan kami sangat bersyukur dengan pencapaian ini,” kata Rektor UBM, Doddy Surja Bajuadji usai menerima sertifikat dari ASIIN Country Representative for Indonesia, Helmy Yusuf, Phd.
Serah terima dilakukan di kampus kedua UBM di kawasan Alam Sutera, Kota Tangerang, Banten, Rabu (11/12/24).
Doddy menambahkan, perolehan akreditasi internasional dari ASIIN Jerman bukanlah tujuan akhir, karena UBM akan terus melakukan inovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan.
“Hal itu sesuai dengan Tema Kerja UBM sejak 2 tahun lalu hingga beberapa tahun ke depan, yaitu ‘UBM Grow Faster ,Grow Stronger’,” ujarnya.
Pencapaian tersebut, lanjut Doddy, menjadi pemacu semangat bagi seluruh civitas akademika UBM untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran, riset dan pelayanan kepada mahasiswa. Selain juga memperluas kerjasama dengan berbagai institusi internasional.
Hal senada disampaikan Direktur Marketing Universitas Bunda Mulia, Young Dame R Napitupulu. Katanya, UBM menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi internasional untuk institusi secara menyeluruh, tidak hanya di level program studi.
“Akreditasi internasional untuk institusi ini merupakan pengakuan atas kualitas yang UBM miliki, terutama dalam ‘Quality Management in Teaching and Learning’,” tutur perempuan yang akrab disapa Dame tersebut.
Lewat perolehan akreditasi internasional, UBM siap bersaing di tingkat global dan akan terus berupaya memberi pendidikan terbaik kepada generasi emas indonesia, agar mampu bersaing menghadapi tantangan di masa depan.
Wakil Rektor Bidang Akademik UBM, Kandi Sofia Senastri Dahlan, MBA, Phd menambahkan, UMB berusaha mengikuti kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.
“Perkembangan dunia industri yang sangat pesat menghendaki adanya lulusan yang kompeten dan menguasai berbagai ilmu dan pengetahuan baru,” ujar Kandi.
Untuk itu, UBM tahun ini membuka Program Studi Artificial Intelligence (AI) yang merupakan program studi pertama di Indonesia dan baru diluncurkan pada 18 Oktober 2024 lalu.
“Kalau di kampus lain, AI hanya berupa peminatan dari program studi teknologi digital, di UBM dibuat menjadi program studi. Kurikulumnya kami buat dari studi banding kampus-kampus asing,” ujarnya.
Begitu dengan prodi lain yang mengikuti trend kekinian seperti data science, digital business dan desain interaktif yang telah dibuka sejak lama, sekitar tahun 2019.
“Awal buka prodi data science di UMB, banyak orangtua bertanya ilmu apa itu. Keputusan itu kini berbuah manis, karena ilmu tersebut banyak dibutuhkan saat ini,” tuturnya.
Kandi menyebut masa tunggu lulusan UMB sekitar 0-4 bulan dan terserap di dunia kerja hingga 100 persen. Hampir sebagian besar lulusan bekerja di perusahaan papan atas dan duduk di jajaran manajemen.
“Jika bertemu dengan alumni senang mendengar mereka sudah bekerja di tempat yang bagus. Jika tidak bekerja, mereka buka usaha yang cukup sukses,” kata Kandi menandaskan.
ASIIN Country Representative for Indonesia, Helmy Yusuf menjelaskan, ASIIN singkatan dari Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik.
Akreditasi ASIIN merupakan akreditasi berbasis luaran (Outcome Based Accreditation). Artinya, program mendapa akreditasi ASIIN harus menunjukkan program tersebut telah mengimplementasikan pendidikan berbasis luaran (Outcome Based Education/OBE).
“Akreditasi ini akan dievaluasi setiap 5 tahun sekali. Hal itu penting untuk menilai apakah pembelajaran yang diberikan kualitasnya tetap stabil atau menurun,” kata Helmy menegaskan. (Tri Wahyuni)