JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Kemdiktisaintek) akan mengembangkan ekosistem riset berbasis industri, guna menyiasati minimnya anggaran.
Dana riset tahun ini dialokasikan sebesar Rp1,9 triliun, yang berasal dari dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sebesar Rp1,2 triliun, dan sisanya bersumber dari dana pengabdian masyarakat.
“Karena itu kami berharap industri, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan mau bekerja sama, supaya ekosistem riset yang kita kembangkan bisa berkembang,” kata Dirjen Riset dan Pengembangan, Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman di Jakarta, Selasa (11/2/25).
Fauzan didampingi jajarannya, yaitu Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana; Direktur Bina Talenta Litbang, Karlisa Priandana; dan Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, Yos Sunitioso.
Kerja sama riset yang akan dibangun Kemdiktisaintek, Fauzan menyebutkan, salah satunya dengan perusahaan raksasa Boeing. “Ada sekitar 21 komponen pesawat Boeing akan dipasok dari Indonesia. Pasar industri pesawat kan besar sekali. Ini kesempatan bagi kita,” ujarnya.
Fauzan menegaskan, hilirisasi riset tidak bisa diwujudkan hanya dengan jual-beli. Penting juga mengurangi impor dengan menggunakan produk-produk dalam negeri. “Itulah kenapa eksosistem riset dibuat berbasis industri. Kami ingin riset lebih banyak dipimpin oleh industri,” ucapnya.
Melibatkan industri dalam riset, menurut Fauzan, merupakan hal umum di luar negeri. Pendanaan riset tidak sepenuhnya dari pemerintah, tetapi juga bisa dari industri, dan bagian-bagian dari komunitas di masyarakat. Termasuk kontribusi dari pemerintaj daerah.
Soal efisiensi yang diterapkan pemerintah apakah berdampak pada riset di Kemdiktisaintek, Fauzan mengaku pihaknya belum tahu. Karena pemangkasan anggaran oleh pemerintah, hingga kini masih menjadi pembahasan di lingkup Kemdiktisaintek.
“Semoga efisiensi yang diterapkan pemerintah tidak berdampak pada kemampuan riset kita,” ucapnya.
Fauzan menambahkan, pihaknya mengalokasikan anggaran riset berbasis kepentingan. Sehingga, pemerintah tetap bisa memberi anggaran untuk melakukan riset yang menjadi prioritas. Salah satunya, riset swasembada pangan yang menjadi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Disebutkan beberapa program riset lainn yang menjadi prioritas pemerintah, seperti ketahanan pangan, transportasi, kesehatan, maritim, ekonomi hijau, ekonomi biru, dan sebagainya.
“Beberapa program riset akan didanai lewat sejumlah dana pendidikan, antara lain penggeseran dana LPDP, serta pelibatan sektor swasta dalam rangka riset untuk hilirisasi dan pemajuan industri dalam negeri,” tuturnya.
Adapun riset yang berkenaan dengan program prioritas pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), lanjut Fauzan, dana yang digunakan juga bisa bersumber dari anggaran program tersebut.
“Karena riset ini untuk membantu program MBG, maka dananya bisa diambil dari Program MBG. Tidak bisa mengandalkan dana riset di Kemdiktisaintek, jumlahnya terlalu kecil,” kata Fauzan menegaskan.
(Tri Wahyuni)