Suara Karya

Wamendikdasmen Atip Apresiasi Kiprah SEAMEO Biotrop dan Soroti Isu Food Waste di Sekolah

JAKARTA (Suara Karya): Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat memberi apresiasi atas kiprah SEAMEO Biotrop, terutama dalam program pendidikan biodiversitas dan Agro Eco Edu Tourism.

“Dua program tersebut akan mengubah cara pandang siswa dan guru terhadap relasi manusia dan alam. Hal itu penting, di tengah meningkatnya bencana hidrometeorologi akhir-akhir ini,” kata Atip Latipulhayat saat membuka ‘SEAMEO Biotrop Outlook 2025-2026’, di Jakarta, Rabu (10/12/25).

Atip menilai program yang dilakukan SEAMEO Biotrop itu sebagai satu langkah di depan (one step ahead). Jauh sebelum dunia menyepakati Convention on Biological Diversity, Biotrop sudah jauh menjalankan mandat konvensi itu.

“Tiga mandat konvensi, yaitu konservasi, keberlanjutan, dan benefit sharing sumber daya genetik, telah diusung Biotrop sejak 1968. Padahal, Convention on Biological Diversity baru diratifikasi Indonesia pada 1994,” tuturnya.

Ia juga menyoroti policy brief SEAMEO Biotrop tentang pengurangan food waste sejak dini. Mengingat, Indonesia termasuk negara dengan jumlah sisa pangan terbesar di dunia.

“Di beberapa sekolah dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), sayuran tidak dimakan siswa dengan alasan tidak enak. Ini menjadi tantangan budaya makan kita. Padahal, konsumsi sayur baik untuk kesehatan,” ungkapnya.

Atip menegaskan, pengendalian food waste harus menjadi bagian dari pendidikan karakter. Untuk itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah menerbitkan surat edaran tentang etika makan sehat dan bersih, mulai dari penyajian hingga kebiasaan menghabiskan makanan.

“Sudah ada surat edarannya ke sekolah agar siswa menghabiskan makanan dalam program MBG, agar tidak menimbulkan masalah sampah pangan,” ujarnya.

Atip menutup dengan harapan bahwa seluruh program Biotrop dapat membawa pendidikan biodiversitas Indonesia dan Asia Tenggara melangkah lebih jauh.

“Pendidikan lingkungan bukan hanya soal ilmu, tapi soal karakter. Dari cara kita makan saja, terlihat bagaimana kita menghargai alam,” pungkasnya.

Deputi Direktur Program SEAMEO Biotrop, Doni Yusri sebelumnya menjelaskan, sejak awal pendirian, Biotrop dirancang sebagai motor penggerak riset yang berdampak langsung bagi masyarakat.

SEAMEO memiliki mandat penting untuk memperkuat kapasitas riset, pendidikan, dan inovasi, khususnya terkait konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya hayati.

Berbagai program BIOTROP, disebutkan, mulai dari penelitian ekologi tropis, pengendalian hayati, bioteknologi, hingga manajemen lingkungan, diarahkan untuk menjawab isu strategis seperti perubahan iklim, degradasi lahan, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

“Penelitian yang kita lakukan tak berhenti pada publikasi, tetapi juga berbentuk solusi. Karena itu, kami memperkuat kerja sama dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, sekolah, hingga berbagai komunitas di lapangan,” tutur Doni.

Dalam beberapa tahun terakhir, Biotrop juga aktif meningkatkan literasi lingkungan dan pelatihan berbasis komunitas. Program itu mendorong masyarakat memahami pentingnya konservasi dan praktik penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan.

“Biotrop terus berkomitmen menjadi pusat rujukan riset tropis di Asia Tenggara. Tantangan ekologis di kawasan ini membutuhkan kolaborasi lintas negara,” katanya.

Dengan visi jangka panjang, BIOTROP berharap dapat memperkuat ketahanan ekologi kawasan sekaligus membuka peluang ekonomi dari pengelolaan sumber daya hayati yang lebih bertanggung jawab.

Tentang School of Biodiversity, program tersebut telah diikuti ratusan siswa dan guru melalui pelatihan lapangan, konservasi, serta teaching factory berbasis biodiversitas.

“Lebih dari 80 persen peserta terlibat dalam kegiatan produksi, konservasi, atau penelitian sederhana,” tutur Doni Yusri.

Pada akhir acara, SEAMEO Biotrop memberi penghargaan Best Implementer 2025 kepada 8 sekolah yang dinilai berhasil dalam program Biotrop.

Ke-8 sekolah itu adalah SMAN 2 Bogor, SMKPP Negeri Mataram, SMPN 19 Ambon, SDN 5 Rambang Niru, Muara Enim, SMK Negeri 8 Jember, SLB Negeri Cileunyi, SMK Pertanian Pembangunan Negeri Kupang, SMKN Pertanian Terpadu Pekanbaru, SDN Kendaljaya 2 Karawang, SMKN 2 Metro Lampung. (Tri Wahyuni)

Related posts