Suara Karya

Hadapi Kondisi Darurat Kekurangan Guru 2024, Ini Strategi Kemdikbudristek!

JAKARTA (Suara Karya): Indonesia akan menghadapi kondisi darurat kekurangan guru pada 2024. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 1,3 juta orang.

“Angka 1,3 juta itu merupakan akumulasi dari jumlah guru yang pensiun setiap tahunnya,” kata Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Nunuk Suryani dalam podcast ‘Unlocking Potential Tanoto Foundation’ di Jakarta, Kamis (7/9/23).

Untuk itu, lanjut Nunuk, pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah strategis dalam menghadapi kondisi darurat kekurangan guru tahun depan. Salah satunya lewat rekrutmen guru aparatur sipil negara (ASN) pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang dilakukan sejak 2021 lalu.

“Pemerintah melalui Kemdikbudristek terus melakukan langkah akseleratif agar bisa mengisi kekurangan guru. Pada 2021-2022, jumlah guru baru yang berhasil direkrut mencapai 544.000 orang,” ujarnya.

Tahun ini, lanjut Nunuk, jumlah tenaga pengajar sekolah negeri yang akan direkrut mencapai 600 ribu orang. Meski demikian, kuota itu belum terpenuhi, karena Pemda di seluruh Indonesia baru mengusulkan penambahan jumlah guru sekitar 300 ribu orang.

“Tahun 2024 memang masih ada kekurangan, tetapi jumlahnya tak sampai 1,3 juta guru. Itu karena, kita sudah melakukan mitigasi sejak 3 tahun lalu,” ucapnya.

Selain rekrutmen reguler, lanjut Nunuk, Kemdikbudristek juga menggagas Ruang Talenta Guru. Platform digital tersebut akan menjadi wadah bagi guru, terutama honorer yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi.

“Ruang Talenta Guru digagas Mendikbudristek Nadiem Makarim, karena terjadi tren supply dan demand guru yang selalu tidak seimbang,” katanya.

Platform Ruang Talenta Guru yang disampaikan dalam Raker dengan Komisi X DPR kemudian heboh di masyarakat, lantaran penggunaan istilah marketplace untuk menjelaskan bentukan dari Ruang Talenta Guru tersebut.

Ruang Talenta Guru diharapkan bisa mengakomodir kebutuhan guru yang terjadi di luar masa rekrutmen atau kebutuhan khusus. “Jika sewaktu-waktu ada sekolah butuh tambahan personil guru, kepala sekolah bisa langsung merekrut guru yang terdaftar di platform Ruang Talenta Guru,” tuturnya.

Nunuk menjelaskan, tantangan yang dihadapi saat ini tak hanya pemenuhan kebutuhan guru, tetapi juga mencari calon guru yang berkualitas.

Untuk itu, ia menilai pentingnya pemerintah berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk kalangan swasta dan lembaga filantropi di Indonesia. “Kami ingin berkolaborasi dengan swasta dan lembaga filantropi untuk menarik minat generasi muda menjadi guru-guru berkualitas,” ucapnya.

Lembaga filantropi dapat membantu pemerintah lewat kegiatan advokasi ke pemerintah daerah, pendampingan calon guru, pengembangan dokumen pendukung pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG),” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati menjelaskan, Tanoto Foundation, lembaga filantropi independen yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981, memiliki program yang membantu pemerintah dalam mempersiapkan guru berkualitas.

“Kami fasilitasi komunikasi antara LPTK yang mengelola pendidikan guru dengan pemerintah daerah, sehingga tercipta standar guru berkualitas seperti apa,” ucap Ari Widowati.

Nunuk mengakui, koordinasi yang dilakukan sejak awal akan memudahkan pekerjaan. Program yang dikembangkan Tanoto Foundation itu kemudian menjadi piloting untuk daerah-daerah lain.

“Prinsip gotong royong dalam penciptaan guru akan meringankan pekerjaan pemerintah. Kami mengundang semua pihak untuk berkontribusi dalam tata kelola guru sesuai perannya masing-masing,” kata Nunuk menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts