JAKARTA (Suara Karya): Pelajar Indonesia kembali terpilih sebagai peserta kompetisi penelitian “Intel International Science and Engineering Fair (ISEF)” 2018. Perhelatan digelar di kota Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika pada 13-15 Mei 2018.
“Kami harap para pelajar meraih prestasi terbaik, dan mengharumkan nama Indonesia,” kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hamid Muhammad saat melepas 18 pelajar ke Amerika, di Jakarta, Rabu (9/5).
Hadir dalam kesempatan itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bambang Subiyanto, Plt Sekretaris Utama LIPI, Laksana Tri Handoko dan Direktur Pembinaan SMA Kemdikbud, Purwadi Sutanto.
Hamid Muhammad menyebutkan 3 hal yang harus dikuasai para pelajar sebelum bertanding, yaitu memahami substansi penelitian secara baik, komunikasi efektif saat berbicara di depan juri dan tanamkan mental juara dalam diri dan pikiran masing-masing.
“Jika ketiga hal itu dilakukan dengan benar, maka kesempatan untuk menjadi juara bukan hal mustahil,” ucap Hamid menegaskan.
Hal senada dikemukakan Direktur Pembinaan SMA, Purwadi Sutanto. Sebelum berangkat, para juara menjalani masa karantina selama 1 bulan guna menggali potensi bakat dan minat dalam bidang sains, olahraga, seni, bahasa, kewirausahaan dan kepemimpinan
“Selain juga mempersiapkan mental dan materi penelitian yang akan dipresentasikan. Upaya itu diharapkan meningkatkan rasa percaya diri para pelajar sebelum berkompetisi,” katanya.
Kasubdit Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Suharlan menjelaskan, ke-18 pelajar itu merupakan kumpulan juara dari 2 kompetisi yang digelar di sebelumnya. Sebanyak 12 pemenang dari Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) oleh LIPI dan 6 pemenang dari Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) oleh Kemdikbud.
“Pemenang LKIR terbagi dalam 7 tim science project dan pemenang OPSI dibagi dalam 3 tim,” ujar Suharlan seraya menambahkan ke-18 pelajar itu akan berkompetisi bersama 1.800 pelajar lainnya dari 80 negara.
Plt Kepala LIPI, Bambang Subiyanto berpesan agar para peneliti remaja itu dapat membangun jejaring dengan peneliti muda dunia lainnya. Hal itu untuk meningkatkan kualitas diri di masa depan.
“Jejaring antar peneliti menjadi penting, karena hal itu dapat menjadi pintu masuk terkoneksi dengan dunia. Siapa tahu, mereka menjadi bagian dari masa depan,” tuturnya.
Hal senada dikemukakan Laksana Tri Handoko. Keikutsertaan pelajar Indonesia dalam kompetisi sains internasional adalah bukti apresiasi atas capaian prestasi para di kompetisi ilmiah tingkat nasional.
“Apapun hasilnya, kalian semua adalah pemenang. Kita harus memacu motivasi para remaja agar terus berkarya di bidang riset ilmiah,” katanya.
Salah satu tim peserta yang akan berlaga di Amerika, I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara dan Yuan Dwi Kurniawan dari SMA Bali Mandara mengaku sudah siap baik secara mental maupun materi penelitiannya.
“Target kita adalah tampil maksimal. Kami harus bisa mengelola mental agar tidak terlalu ambisius, tapi konstan dan tepat sasaran. Jika dapat medali, itu merupakan hasil dari usaha bersama,” ucap Dewa menandaskan. (Tri Wahyuni)