JAKARTA (Suara Karya): Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) meminta semua pihak bersama-sama mengawal perjalanan Rancangan Undang – Undang (RUU) perubahan kedua atas UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (migas) demi masa depan industri migas yang lebih baik.
Demikian dikatakan Presiden FSPPB Arie Gumilar kepada sejumlah wartawan usai perayaan Tasyakuran HUT ke 21 FSPPB di Kantor Pertamina (Persero) lama di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Menurut Arie, komoditas migas selama ini hanya dinikmati oleh golongan tertentu sehingga belum mampu menjadi pendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat.
“Kita paham sektor energi hanya dikonsumsi tiga elit yaitu elit penguasa, elit pengusaha dan elit Politik. Makanya salah satu perjuangan Federasi adalah mengedukasi masyarakat melalui komunitas pemuda dan mahasiswa supaya persoalan migas ini tidak hanya jadi konsumsi mereka tapi untuk semua rakyat Indonesia,” ujarnya.
Atas dasar itu, Arie meminta semua pihak untuk terus berjuang mengawal perjalanan perubahan RUU Migas. “Nasib RUU migas berbanding terbalik dengan RUU Mineral dan Batubara (minerba) yang prosesnya jauh lebih cepat selesai,” katanya.
Dia menegaskan, untuk mendorong pembahasan RUU Migas di DPR, pihaknya aktif menjalin komunikasi dengan Badan Legislasi (Baleg) dan Komisi VII DPR. Bahkan FSPPB juga mengusulkan beberapa poin penting yang nanti perlu dimunculkan di dalam RUU Migas yang baru
“Yang kita tekankan di dalam usulan RUU itu adalah mengembalikan Pertamina sebagai perusahaan selain sebagai operator juga regulator. Dengan begitu Pertamina lebih leluasa dalam menentukan arah bisnisnya,” kata Arie.
Lebih jauh Arie mengatakan, pihaknya juga mengusulkan agar dalam draft RUU tersebut dibentuk program petroleum fund yang nantinya dikelola oleh Pertamina. Keberadaan cadangan uang dari minyak ini penting demi menjaga stabilitas harga jual BBM ke masyarakat sehingga daya beli masyarakat tetap stabil.
“Petroleum fund ini juga bisa untuk eksplorasi, karena tanpa eksplorasi kita tidak akan mendapat cadangan baru. Selain itu juga untuk penyiapan transisi energi khususnya kesiapan teknologi untuk menyambut EBT,” ujarnya. (Boy)