JAKARTA (Suara Karya): Karakter Redmiller Blood yang digambarkan ‘cute’ oleh pelukisnya Peter Rhian, ternyata tidak selucu kisahnya. Redmiller sebenarnya penggambaran manusia saat ini yang penuh tipu-tipu, demi diterima oleh lingkungannya.
“Lewat Redmiller Blood, saya ingin mengingatkan kaum muda untuk tidak terjebak dalam dunia tipu-tipu. Demi terlihat hebat, mereka harus memakai ‘topeng’. Padahal, itu tidak sehat secara mental,” kata Peter disela kegiatan pameran seni bertajuk ‘ArtMoments’ di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta, Jumat (18/8/23).
Peter Rhian bersama seniman lainnya yaitu Arkiv Vilmansa merupakan bagian dari G3N Project yang berkolaborasi dengan Museum of Toys yang memamerkan karyanya di ‘ArtMoments’.
Dua lukisan super besar dari sosok Redmiller Blood terlihat mewarnai pameran yang akan berlangsung hingga Minggu (20/8/23). G3N Project merupakan satu dari 30 galeri seni yang memamerkan beragam koleksi seni terbaiknya.
Peter menuturkan awal terciptanya sosok Redmiller Blood sekitar 6 tahun lalu. Pengalamannya bergaul dengan mahasiswa, dosen Univesitas Maranatha Bandung itu banyak menyerap informasi atas karakter generasi masa kini yang rapuh.
“Mata Redmiller yang besar menggambarkan kondisi kejiwaan manusia, yang terlihat menangis, tapi ada pelanginya. Akibat tekanan sosial, manusia tidak boleh putus asa. Jika punya harapan, lalu ikhtiar maka ada pertolongan,” ujarnya.
Redmiller Blood diperkenalkan Peter saat pameran perdana di Hongkong, lalu Spanyol. Puluhan lukisan Redmiller menarik perhatian kolektor asing. “Kenapa karakter ini dinamakan Redmiller untuk komunitas global. Tidak punya arti khusus,” ucapnya.
Ditanya soal proses kreatifnya, alumni S1 dan S2 dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengaku suka melukis di malam hari. Karena itu, saat kreativitasnya memuncak, Peter hanya tidur tiga jam sehari.
“Meski besok kepala jadi pusing karena kurang tidur, saya terus jalani proses itu,” kata Peter yang menghabiskan waktu lebih dari 6 bulan untuk lukisan berukuran 2 meter x 3 meter tersebut.
Saat melukis, Peter mengaku terinspirasi lukisan dari Basuki Abdullah. Lukisan dari maestro itu kemudian dibuatnya dengan memasukkan karakter unik Redmiller Blood.
“Jika penggemar lukisan Basuki Abdullah akan tahu lukisan saya banyak terinspirasi oleh lukisan Basuki Abdullah. Contohnya, Redmiller saat naik burung dari kardus bertuliskan fragile. Ini parodi atas kehidupan yang rapuh,” katanya.
Peter menyebut penggemar lukisannya adalah mereka yang berusia 30-40 tahun yang hobi baca buku komik waktu kecil. Karakter Redmiller mengisi imajinasi mereka tentang karakter dalam komik masa kecilnya.
“Saat memandang lukisan Redmiller, seperti mengenang memori masa kecil dulu yang membuat bahagia,” kata ayah dengan satu anak itu menandaskan. (Tri Wahyuni)