Suara Karya

Kemdikbudristek Kembali Bagikan Dana Apresiasi ke 44 Maestro Seni Tradisi

JAKARTA (Suara Karya): Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) kembali membagikan dana apresiasi tahunan sebesar Rp25 juta kepada 44 orang penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) kategori Maestro Seni Tradisi.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid dalam acara yang digelar di Jakarta, Selasa (23/4/24) menjelaskan, dana apresiasi itu penting untuk mendudukkan kembali urusan kebudayaan sebagai arus utama pembangunan.

“Karena para maestro seni tradisi memiliki peranan besar dalam mewariskan semangat dan pengetahuan kepada generasi muda,” ujarnya.

Sebagai informasi, AKI adalah penghargaan tahunan yang digelar Kemdikbudristek sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada para pihak baik individu, komunitas atau lembaga, yang berprestasi atau berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan.

Maestro Seni Tradisi merupakan salah satu kategori AKI bagi individu berusia diatas 60 tahun, yang secara tekun dan gigih mengabdikan diri lebih dari 35 tahun pada jenis seni yang langka atau nyaris punah, serta mewariskan keahliannya kepada generasi muda.

“Terlebih saat ini, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya. Kondisi itu mempengaruhi kelangsungan hidup seni tradisi, dimana orang yang berkecimpung di seni tradisi semakin berkurang,” tutur Hilmar Farid.

Hal senada dikemukakan Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Restu Gunawan. Selain dana apresiasi, Kemdikbudristek tahun ini akan memberi jaminan sosial lewat kerja sama BPJS Ketenagakerjaan.

“Seniman tradisi sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan dianggap hanya sebatas hobi, bukan pekerjaan profesional,” kata Restu.

Pemberian jaminan sosial itu merupakan bentuk pengakuan negara bahwa seniman adalah sebuah profesi yang memegang peranan penting dalam pemajuan kebudayaan. Sehingga mereka sepantasnya mendapat perlindungan sosial dalam pekerjaannya.

Dari total 71 seniman tradisi yang ditetapkan sebagai penerima AKI kategori Maestro Seni Tradisi sejak 2007 hingga 2023, ada 44 orang yang masih hidup dan tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satu dari 44 seniman tradisi itu adalah I Made Taro dari Bali yang berkecimpung di bidang tradisi lisan. Ia ditetapkan sebagai penerima AKI pada 2008.

Selain aktif menjadi narasumber di berbagai forum, Made Taro juga menulis sejumlah buku. Namun, diakuinya penjualan buku saat ini kurang laku karena minat baca masyarakar yang semakin menurun.

“Sebagian besar buku, saya hadiahkan untuk anak-anak yang tertarik membaca seni tutur atau memenangkan permainan saat mendongeng, serta mengisi perpustakaan sekolah hasil kerja sama Sanggar Kukuruyuk,” katanya.

Dana apresiasi yang diterima Made Taro setiap tahun dari Kemdikbudristek digunakan untuk mencetak buku-buku tersebut.

Selain itu ada Agustinus Sasundu, seorang seniman alat musik bambu asal Sulawesi Utara. Ia ditetapkan sebagai penerima AKI pada 2016.

“Dana apresiasi yang diperoleh dari Kemdikbudristek setiap tahun digunakan untuk membuat, memperbaiki, dan mengajarkan alat musik bambu,” katanya.

Diusia ke-73, Agustinus masih aktif membuat alat musik bambu terutama suling, membuat not balok, dan mengajarkannya kepada mahasiswa.

“Saya pernah diundang ke Istana Negara untuk memainkan lagu Indonesia Raya menggunakan orchestra musik bambu serta diundang ke sejumlah acara pesta rakyat yang digelar Pemda dan DPRD,” ujarnya.

Ia akan terus melesatarikan alat musik bambu, karena bisa masuk ke semua jenis aransemen dengan melodi yang indah. Terlebih lagi dana apresiasi dari pemerintah memotivasinya untuk terus berkarya dan mengenalkan musik bambu ke generasi berikutnya.

Warsad, seorang seniman asal Jawa Barat yang ditetapkan sebagai penerima AKI pada 2019, mengatakan, dana apresiasi yang diterima dipakai untuk menunjang aktivitas pewarisan seni tradisi yang ditekuninya melalui Sanggar Jaka Baru miliknya.

“Meski usia saya sudah tidak muda lagi, saya akan terus melestarikan tradisi Wayang Golek Cepak kepada generasi muda. Adanya dana tersebut semakin memotivasi saya untuk berkarya,” tuturnya.

Pada 2022, Warsad terlibat dalam pentas dan lokakarya bersama Salihara, kemudian pada 2023 menggelar pentas di sanggar dengan mengundang stasiun TV swasta.

Kemdikbudristek kembali mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam gelaran AKI 2024, agar program pemberian penghargaan itulebih luas jangkauannya dan tepat sasaran.

Tahun ini ada 7 kategori penghargaan yaitu Tanda Kehormatan dari Presiden, Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan/atau Pembaru, Lembaga dan Perorangan Asing, Media, dan Anak.

Periode pengusulan calon penerima AKI 2024 dibuka sejak 5 Maret dan berakhir pada 10 Mei 2024 mendatang. Informasi dapat diakses melalui laman anugerahkebudayaan.kemdikbud.go.id atau instagram anugerahkebudayaan.official. (Tri Wahyuni)

Related posts