Suara Karya

Mahasiswi UPER Didapuk UNICEF Jadi Duta Kesehatan Asia Pasifik

JAKARTA (Suara Karya): Mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) Program Studi Komunikasi, Chintya Maulini didapuk UNICEF menjadi Duta Kesehatan Asia Pasifik melalui Program Youth People’s Action Team (YPAT).

Penunjukan tersebut berkat karya inovatif yang dikembangkan Chintya Maulini bertajuk Fix My Food. Karya tersebut memberi perhatian besar pada pendidikan dan pemberdayaan pemuda.

“Saya ditunjuk menjadi mentor dalam YPAT 2024, yang digagas UNICEF untuk menanggapi berbagai masalah anak-anak di seluruh dunia, termasuk isu kesehatan,” kata Chintya Maulini dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Selasa (30/1/24).

Chintya mengaku bangga bisa bergabung dalam YPAT 2024, karena pemuda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan untuk mencapai pembangungan berkelanjutan, terutama di sektor kesehatan.

“Meski kesadaran pemuda atas pembangunan keberlanjutan masih belum optimal, lewat YPAT 2024, saya ingin mengobarkan semangat kawula muda untuk peduli terhadap kesehatan pribadi dan mengajak lingkungannya untuk mengikuti jejak serupa,” ujarnya.

Sebagai Mitra Muda UNICEF Indonesia, program tersebut diyakini Chintya bisa menjadi langkah kecil untuk menciptakan lingkungan pangan yang baik, sehingga upaya penurunan penyakit kronis di kalangan usia muda dapat terwujud.

Penyakit kronis yang dialami anak muda perlu mendapat perhatian, karena Ikatan Dokter Anak di Indonesia (IDAI) pada 2023 mencatat ada lonjakan kasus penyakit kronis pada generasi muda, yaitu diabetes. Dibanding 13 tahun lalu, angka kenaikannya mencapai 70 kali lipat.

Sayangnya dari 1.645 anak yang terkena diabetes, kelompok usia 10-14 tahun menunjukan prevalensi tertinggi, sebanyak 46 persen.

Tren negatif itu juga menjadi fokus perhatian Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Institusi itu menyebut faktor pola makan yang tidak sehat, seperti terlalu banyak makan makanan cepat saji, kurangnya aktivitas dan stress menjadi penyebab utamanya.

Di Indonesia, pertumbuhan restoran cepat saji terbilang pesat, sekitar 10-15 persen setiap tahunnya. Mengutip Katadata Insight Center (KIC), penikmat makanan cepat saji dengan frekuensi 6-7 kali sepekan paling banyak dari gender perempuan 57,1 persen, dan laki-laki 42,9 persen.

“Melalui program Fix My Food, saya ingin menggelar kampanye yang bertujuan meningkatkan perhatian anak muda yang gemar makanan cepat saji untuk bertindak lebih bijak. Program ini akan menggandeng kaum muda, influencer, selebriti dan pengusaha makanan di kawasan Asia Pasifik,” tambah Chintya.

Prestasi Chintya di kancah internasional mendapat apresiasi dari Rektor UPER, Prof Dr Wawan Gunawan A Kadir. Kampus yang dikenal memiliki visi dalam mencetak pemimpin global itu akan mendukung mahasiswanya yang ingin melebarkan sayap ke ranah universal melalui pembekalan di kelas.

“Kurikulum UPER disesuaikan dengan kebutuhan industri dan sosial. Terbaru, UPER menyusun kurikulum pembangunan berkelanjutan melalui mata kuliah Pembangunan Berkelanjutan yang didukung dengan tenaga pendidik ahli maupun praktisi dari dalam dan luar negeri,” ujar Prof Wawan.

Ia berharap mahasiswa siap dalam menjawab tantangan dan kebutuhan global. Dukungan lain seperti bimbingan karir juga diberikan pegiat industri secara global, melalui program Lulusan Merah Putih.

“Mereka menjadi asa dalam meningkatkan kesuksesan mahasiswa untuk menerapkan teori ke dunia kerja,” kata Prof Wawan menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts