JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan lahirnya petani-petani muda berkualitas di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Kementan menyadari bahwa generasi milenial merupakan modal utama dalam fenomena bonus demografi. Potensi generasi milenial yang dapat dimaksimalkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor yang akan selalu menjadi andalan bagi perekonomian Indonesia.
“Di dalam sektor pertanian perlu diisi oleh SDM yang berkualitas. Lulusan SDM inilah yang telah dididik untuk menjadi petani milenial melalui pendidikan vokasi selama tiga tahun, salah satunya SMK-PP,” papar Amran.
Ditambahkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi bahwa Program Youth Entrepreneurship And Employment Support Services (YESS) dirancang untuk menghasilkan wirausahawan muda perdesaan di bidang pertanian dan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten.
“Keberhasilan program YESS akan menjadi percontohan dan tolok ukur untuk pelaksanaan program pengembangan pemuda tani dan kewirausahaan muda di tingkat nasional maupun internasional,” katanya.
Dengan demikian, Dedi Nursyamsi mengingatkan bahwa pengelolaannya harus dilakukan dengan baik oleh tenaga yang professional dan berkomitmen tinggi.
Kementan bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) berupaya memgembangkan wirausahawan milenial tangguh dan berkualitas melalui Program YESS. Tujuannya, mencetak petani milenial dan meningkatkan kapasitas maupun kompetensinya serta mengembangkan kemampuan wirausaha bagi generasi milenial.
Kali ini Tim IFAD melakukan “Supervision Mission IFAD” Program YESS di Kalimantan Selatan selama tiga hari pada awal Mei lalu. Kunjungan IFAD dilaksanakan di berbagai tempat di antaranya PPIU Kalsel, Kabupaten Tanah Laut, dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Kunjungan lapangan tersebut untuk mengevaluasi implementasi Program YESS di Kalsel. Kunjungan tersebut bertujuan mengevaluasi efektivitas program, dengan fokus khusus pada para penerima manfaat.
Thierry Maheoux, salah satu perwakilan IFAD, menyampaikan bahwa meskipun program YESS telah memberikan dampak positif di Kalsel, namun masih dibutuhkan lebih banyak pendampingan, pelatihan dan akses permodalan ke lembaga keuangan agar usaha para penerima manfaat dapat berkembang lebih lanjut.
Shazreh Hussain, Konsultan Targeting, Gender, dan Youth IFAD, menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam program YESS, dengan menyatakan bahwa minimal 50% dari penerima manfaat harus perempuan. Untuk mendukung hal ini, Hussain menyarankan perlunya adanya fasilitas yang ramah gender seperti taman bermain dan ruang laktasi di tempat-tempat pelatihan.
Di kesempatan ini Budi Santoso, Kepala SMK-PP N Banjarbaru, mengungkapkan bahwa hasil evaluasi selama dua hari ini akan menjadi masukan berharga untuk perbaikan program di masa yang akan datang.
“Evaluasi yang dilakukan IFAD ini merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa Program YESS tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga mendukung kesetaraan gender dan inklusi sosial di wilayah ini. Semoga evaluasi ini menjadi tonggak penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya petani muda di Kalimantan Selatan,” kata Budi Santoso.
Selama dua hari kunjungan lapangan, tim IFAD terjun langsung untuk menggali informasi tentang pengalaman Penerima Manfaat, dimulai dengan kunjungan ke Kecamatan Tatah Makmur di Kabupaten Banjar untuk mengumpulkan wawasan dari penerima Hibah Kompetitif. Di antara yang dikunjungi adalah Ernawati, pengusaha budidaya jamur dan Bahrani, peternak ayam broiler.
Tim kemudian melanjutkan ke kecamatan Bati-Bati untuk mengeksplorasi dampak pelatihan Literasi Keuangan Dasar (LKD). Dalam serangkaian wawancara, IFAD juga menggali informasi dari penerima manfaat program YESS seperti Ratna Hidayah, Mutia Zairinia dan Awaluddin Marifatullah Kurau, untuk memperoleh pandangan yang lebih komprehensif tentang dampak program ini.
Diskusi dengan fasilitator pemuda mobilizer, dan penerima manfaat LKD juga menjadi bagian penting dari evaluasi tersebut. (Boy)