JAKARTA (Suara Karya): Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengatakan tekanan inflasi terutama bersumber dari Kelompok Pendidikan, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, serta Kelompok Transportasi. Sementara itu, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau kembali menyumbang deflasi.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta mencatat inflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Agustus 2024, setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,06% (mtm).
“Secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,98% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (1,97%, yoy). Inflasi tersebut juga masih terkendali dalam sasaran 2,5±1% dan lebih rendah dari inflasi Nasional (2,12%, yoy),” kata Arlyana, di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Kelompok Pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,87% (mtm),lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,73% mtm) sehingga memberikan sumbangan sebesar 0,06% terhadap inflasi IHK Jakarta. Peningkatan inflasi terutama didorong oleh meningkatnya tarif Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejalan dengan masuknya periode tahun ajaran baru anak sekolah.
Adapun kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga menjadi penyumbang inflasi pada Agustus 2024 dengan inflasi sebesar 0,40% (mtm) sehingga memberikan andil 0,03% terhadap inflasi IHK Jakarta. Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh kembali meningkatnya harga emas perhiasan yang dipengaruhi oleh berlanjutnya peningkatan harga emas global.
Selain itu, sejalan dengan adanya penyesuaian harga BBM pada Agustus 2024, kelompok transportasi turut menjadi penyumbang inflasi Jakarta sebesar 0,02% dengan besaran inflasi sebesar 0,15% (mtm). Inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin nonsubsidi pada Agustus 2024 untuk jenis Pertamax Turbo, Pertamina Green 95, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertamax.
“Meskipun demikian, penurunan tarif angkutan udara menjadi penahan meningkatnya inflasi lebih lanjut pada kelompok transportasi,” ujar Arlyana.
Lebih lanjut Arlyana menjelaskan, bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali mengalami deflasi sebesar -0,36% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (-0,93% mtm) sehingga menyumbang -0,08% terhadap inflasi IHK Jakarta. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkanoleh menurunnya harga pada komoditas bawang merah, cabai merah, tomat, dan telur ayam ras.
Penurunan harga bawang merah seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra. Sementara itu, penurunan harga telur ayam ras, cabai merah, dan tomat didukung oleh relatif terjaganya pasokan. Meskipun kelompok makanan masih mengalami deflasi, masih terdapat komoditas yang mengalami kenaikan harga, yaitu cabai rawit.
Kenaikan harga cabai rawit terutama didorong oleh ketersediaan pasokan yang terbatas seiring dengan masuknya masa tanam. Selain itu, terjadinya serangan hama di beberapa daerah sentra juga menjadi penyebab berlanjutnya kenaikan harga cabai rawit pada Agustus 2024.
Inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali tidak terlepas dari sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang semakin kuat. Selama Agustus 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain:
(1) Penyelenggaraan Operasi Pasar Murah di berbagai lokasi di Jakarta, termasuk kegiatan Sembako Murah di Pasar Pramuka Jakarta Timur dan Kelurahan Badak Utara.
(2) Penandatanganan Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan mitra di Subang untuk budidaya padi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan beras.
(3) Capacity Building dan Studi Banding TPID Jakarta ke TPID Kepulauan Riau dengan mengusung tema “Strategi Pengendalian Inflasi Pangan Daerah Nonprodusen”.
(4) Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga. (Boy)