Suara Karya

Ranking Naik 46 Persen, Kemdiktisaintek Pacu Kolaborasi menuju Kampus Kelas Dunia

JAKARTA (Suara Karya): Tahun ini, Indonesia mencatat lonjakan peringkat perguruan tinggi dalam QS World University Ranking hingga 46 persen.

Capaian itu menjadi titik tolak bagi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) untuk memperkuat strategi transformasi pendidikan tinggi yang kolaboratif, inklusif, dan berdampak global.

“Namun, upaya mengejar peringkat dunia tidak boleh mengorbankan integritas akademik,” kata Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto dalam acara sosialisasi strategis untuk penguatan program perguruan tinggi kelas dunia di Jakarta, Senin (24/6/25).

Hadir dalam acara tersebut, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek) Kemdiktisaintek, Ahmad Najib Burhani; Direktur Riset LPDP,
Ayom Widipaminto; serta beberapa pimpinan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), wakil rektor, dan tim pakar.

Sosialisasi ini menjadi forum awal untuk koordinasi arah kebijakan dan pengarahan teknis lintas perguruan tinggi.

Dalam arahannya, Mendiktisaintek Brian Yuliarto mengajak seluruh pimpinan perguruan tinggi untuk menghindari persaingan antar institusi. Dan perlunya mendorong kerja sama yang cair dan produktif.

“Lakukan kolaborasi dan ‘blending’ antarkampus. Secair mungkin kerja samanya, agar kita semua bisa maju bersama. Ranking ini jangan sampai membuat kita menjadi ‘fraud’. Lakukan penelituan dengan serius, konsisten, dan sabar. Hasilnya akan baik,” ucap Brian.

Sosialisasi berlangsung dalam dua sesi. Pertama, memperkenalkan skema lanjutan Program Equity yang mencakup kemitraan antara PTN-BH, PTN BLU, PTN Satker, dan PTS. Program untuk meningkatkan kualitas riset dan reputasi akademik.

Program juga diarahkan untuk memperluas akses pendidikan tinggi secara merata. Karena Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Angka Artisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi nasional hanya naik sekitar 0,5 persen dalam satu tahun.

“Tanpa intervensi yang lebih besar, APK pendidikan tinggi kita diperkirakan tidak dapat menyentuh target 38 persen pada 2029,” ujarnya.

Ketua Tim World Class University (WCU) Kemdiktisaintek, Hermawan menegaskan, reputasi akademik dalam skala global sangat bergantung pada kekuatan riset yang dimiliki para dosen dan institusi.

Karena itu, Hermawan mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang konsisten dan berorientasi pada mutu. Hal itu untuk menjamin keberhasilan transformasi jangka panjang pendidikan tinggi.

Hermawan menyoroti tiga tantangan utama pendidikan tinggi di Indonesia yaitu, akses, relevansi, dan mutu. Transformasi menuju universitas berkelas dunia harus bertumpu pada peningkatan kualitas dan reputasi dalam skala global.

“Reputasi akademik tidak dapat dibangun secara instan, tetapi lewat riset yang berkualitas, konsisten, dan menjadi rujukan dunia. Inilah yang menjadi fondasi bagi universitas di Indonesia untuk diakui secara global dan memberi nilai tambah secara ekonomi, baik secara langsung maupun tidak,” katanya.

Pada sesi teknis, kegiatan diikuti tim task force dari masing-masing perguruan tinggi dan para pakar. Agenda difokuskan pada pendalaman teknis implementasi program, termasuk strategi peningkatan mutu riset, penguatan kolaborasi lintas institusi, serta langkah-langkah percepatan transformasi sistemik.

Dengan strategi yang menekankan pada kualitas akademik, kemitraan yang inklusif, dan keadilan akses, maka perguruan tinggi di Indonesia diharapkan mampu bertransformasi menjadi pusat pengetahuan global yang menjunjung integritas dan mendorong kemajuan bersama. (Tri Wahyuni)

Related posts