JAKARTA (Suara Karya): Ada stigma di masyarakat bahwa anak dengan perawakan pendek dicap sebagai stunting. Sebutan itu tak hanya melukai anak, tetapi juga orangtuanya.
“Pertumbuhan anak seharusnya dilihat secara keseluruhan, tak hanya dari tinggi badannya,” kata dokter ahli endokrin anak dan peneliti pertumbuhan anak dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPI (Hon.).
Pernyataan Prof Aman disampaikan dalam acara bedah bukunya yang berjudul ‘Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek’, hasil kerja sama Yayasan Kesehatan Anak Global (YKAG) dengan Kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat untuk Program Kesehatan Prioritas (Pokja RCCE+)
Buku tersebut dibuat untuk mencegah terjadinya kesalahan atau pitfalls dalam diagnosis, yang dapat berakibat pada penanganan yang tidak tepat bagi anak-anak dengan perawakan pendek.
“Untuk memudahkan, semua anak dengan stunting itu memiliki perawakan pendek, tetapi tidak semua anak pendek itu menderita stunting,” ucap Prof Aman.
Acara bedah buku tersebut dihadiri praktisi kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit, akademisi, pemangku kebijakan, lembaga swadaya Masyarakat, serta media.
“Lewat kegiatan ini, kami ingin memberi ruang belajar dan diskusi antara penulis dan praktisi kesehatan, khususnya yang bekerja pada program penanganan stunting,” tutur Prof Aman.
Diharapkan, peserta kegiatan dapat meningkatkan wawasan dan kecakapannya dalam mendeteksi dan menata laksana masalah stunting dan pertumbuhan anak di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sambutan virtualnya menyampaikan apresiasi dan harapannya atas terbitnya buku tersebut.
“Semoga semakin banyak tenaga kesehatan seperti Prof Aman yang mampu menuangkan ilmu dan pemikirannya dalam bentuk buku. Hal itu akan memberi pencerahan bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat dan membuat kesehatan rakyat Indonesia menjadi lebih baik,” ucapnya.
Pernyataan senada disampaikan Ketua Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof dr Badriul Hegar Syarif, PhD, SpA(K).
Dalam sambutan virtualnya, Prof Badriul berharap buku karya Prof Aman Pulungan dapat menjadi panduan praktis bagi tenaga kesehatan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam mendiagnosis dan menata laksana stunting.
Prof Aman menekankan beberapa poin penting dalam buku yang ia tulis dari pengalamannya selama hampir tiga dekade sebagai dokter ahli endokrin dan peneliti pertumbuhan anak.
“Dalam praktik sehari-hari, saya sering menemui berbagai kesalahan umum dalam diagnosis anak dengan perawakan pendek,” ucapnya.
Ia berharap buku tersebut dapat membantu praktisi kesehatan agar terhindar dari kesalahan, sehingga anak-anak dengan perawakan pendek bisa mendapat penanganan yang sesuai.
Beberapa poin penting yang disampaikan Prof Aman, yaitu pertumbuhan anak adalah indikator utama kesehatan dan status gizi mereka. Penurunan pertumbuhan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan.
“Karena itu, penting untuk deteksi dini dan memantau pertumbuhan anak secara berkala,” ujarnya.
Selain itu, gangguan pertumbuhan bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormon atau faktor genetik, yang harus dievaluasi dengan metode yang tepat.
“Pentingnya penggunaan alat bantu kurva pertumbuhan yang sesuai dalam memantau pertumbuhan anak, serta pemahaman bahwa tidak semua anak pendek mengalami stunting,” ujarnya.
Ditegaskan, pertumbuhan anak bukan hanya masalah gizi. Perlu pendekatan komprehensif dalam evaluasi masalah pertumbuhan anak yang melibatkan pemeriksaan riwayat keluarga, hormon hingga kromosom, serta mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan emosional.
“Untuk memastikan anak tumbuh optimal, perlu kolaborasi antara sektor kesehatan, pendidikan, dan sosial,” ucapnya menegaskan.
Perwakilan dari Puskesmas Cilandak, dr Tri Novia Maulani menyampaikan tanggapannya, “Buku ini menambah wawasan kami sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas dalam memahami perbedaan antara perawakan pendek dan stunting, serta bagaimana mendiagnosis keduanya dengan lebih tepat,” katanya.
Pemahaman itu, menurut dr Tri Novia Maulani, penting agar tenaga kesehatan bisa memberi penanganan yang sesuai kepada setiap anak, tahu kapan harus merujuk, sehingga mereka mendapat intervensi yang tepat sesuai kondisinya. (Tri Wahyuni)