JAKARTA (Suara Karya): Tokoh muda Gen-Z, Arwin Welhalmina, menanggapi keras wacana pemakzulan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka yang belakangan mencuat ke ruang publik. Ia menyebut isu tersebut bukan lahir dari semangat demokrasi, melainkan sebagai strategi politik dari pihak-pihak yang gagal menerima kekalahan dalam Pilpres 2024.
“Ini bukan aspirasi rakyat, melainkan ekspresi dari mereka yang masih belum bisa move on dari hasil pemilu. Jangan keliru membaca situasi: ini jelas manuver politik kekuasaan,” ujar Arwin dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (4/6/2025).
Arwin menyoroti tokoh Fahrul Razi yang menjadi salah satu motor penggerak wacana pemakzulan. Menurutnya, keterlibatan figur-figur yang sempat menjadi bagian dari tim sukses capres yang kalah menambah dugaan bahwa motifnya tidak murni konstitusional.
“Semua proses pemilu sudah dilalui sesuai aturan. Gugatan ke Mahkamah Konstitusi pun sudah selesai, dan hasilnya menguatkan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran. Maka, menggulirkan isu pemakzulan hari ini justru melecehkan mekanisme demokrasi yang sah,” tegas Arwin.
Sebagai bagian dari generasi muda yang aktif mengikuti dinamika kebangsaan, Arwin mengaku prihatin. Ia menilai wacana semacam ini justru mencerminkan kegagalan elite politik dalam membangun budaya demokrasi yang dewasa.
“Jika setiap kekalahan dibalas dengan narasi delegitimasi, kapan kita benar-benar siap menjadi bangsa besar? Demokrasi bukan tempat pelampiasan dendam politik,” tambahnya.
Menurut Arwin, bangsa ini saatnya melangkah maju dengan semangat kolaborasi, bukan terus-menerus terjebak dalam konflik elit yang berkepanjangan. Ia menyerukan rekonsiliasi dan penguatan agenda persatuan nasional, terutama di kalangan muda.
“Kami, generasi Gen-Z, tak ingin mewarisi politik penuh intrik dan kebencian. Yang kami dambakan adalah tradisi politik yang sehat, jujur, dan berkelas. Saatnya menatap ke depan, bukan terus mengaduk bara lama,” tutupnya.(Boy)