JAKARTA (Suara Karya): Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki 325 formasi dalam seleksi calon Aparatur Sipil Negara (ASN) 2021. Dari jumlah itu, 104 adalah calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk peneliti ahli madya dan 221 calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk peneliti ahli muda.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan pers secara virtual, Kamis (8/7/21) menjelaskan, pelamar CPPPK harus sudah menyelesaikan pendidikan S3 dan berusia 20-60 tahun. Mereka akan memiliki masa perjanjian kerja selama 5 tahun. Untuk pelamar CPNS harus sudah menyelesaikan pendidikan S3 dengan usia 18-40 tahun.
“Kami mensyaratkan formasi CASN 2021 dengan pendidikan minimal S3 untuk mendapat SDM periset yang andal dan berstandar global,” ucap Kepala BRIN yang akrab dipanggil Handoko.
Handoko menjelaskan, penggunaan standar global karena tidak ada riset, sains dan iptek yang berstandar lokal. Karena itu, norma standar global periset di BRIN harus minimal S3.
“Jadi inilah yang kita gunakan sebagai basis penetapan calon periset di BRIN. Periset kita juga harus mampu berkompetisi secara global, siap bekerja, dan memiliki portofolio yang memadai dalam bidangnya,” ucapnya.
Handoko melanjutkan pembentukan BRIN sebagai organisasi baru yang mempunyai tugas mengkoordinasikan berbagai litbangjirap yang ada di Indonesia adalah ‘milestone’ dalam sejarah Iptek di Indonesia.
“Jadi saya ajak teman-teman semua yang baru selesai S3, baik di dalam maupun luar negeri untuk menjadi saksi sejarah, membangun dari awal ‘milestone’ ini,” katanya menegaskan.
BRIN akan menjadi pondasi kemajuan iptek dan riset di Indonesia yang mampu berkompetisi secara global serta menjadi pondasi perekonomian menuju Indonesia maju di masa depan.
Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito yang turut hadir mengatakan, saat ini Indonesia membutuhkan lebih banyak periset yang mampu melakukan riset secara mandiri. Karena itu, seleksi CASN BRIN 2021 dibuka agar calon peneliti yang masuk sudah berpengalaman. Mereka siap untuk membangun ‘empowerment research’ agar ada inovasi baru untuk Indonesia.
“ni merupakan realisasi program pemerintah untuk Manajemen Talenta Nasional, khususnya bidang Riset dan Inovasi yang menjadi tanggung jawab BRIN. Ini sekaligus ‘platform’ bagi para generasi muda talenta Indonesia yang memiliki ‘passion’ riset untuk kembali ke tanah air dan membangun Indonesia,” ucap Mego.
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pusbindiklat LIPI) sekaligus tim teknis seleksi CASN BRIN 2021, Ratih Retno Wulandari menyampaikan, syarat khusus untuk bergabung dalam formasi jabatan fungsional peneliti, pelamar harus memenuhi Hasil Kerja Minimal (HKM).
”Untuk CPNS, HKM yang harus dipenuhi adalah pernah dapat dana penelitian, minimal berupa beasiswa S3; pernah menjadi pemakalah di pertemuan ilmiah yang dibuktikan lewat manuskrip, sertifikat/surat keterangan menjadi pemakalah; memiliki karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel di prosiding ilmiah yang diterbitkan, berjumlah 2 buah dan berperan sebagai kontributor utama.
Selain itu, pelamar juga harus punya artikel ilmiah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah minimal terakreditasi nasional, atau buku ilmiah diterbitkan penerbit nasional, atau naskah akademis rancangan Perdirjen atau Rancangan Perda, atau kekayaan intelektual bersertifikat terdaftar, berjumlah 3 buah dan berperan sebagai kontributor utama.
CASN BRIN 2021 juga membuka formasi khusus untuk putra/putri lulusan terbaik dengan predikat ‘cumlaude’, putra/putri Papua dan Papua Barat, penyandang disabilitas dan diaspora.
Formasi diaspora dibuka karena pemberdayaan diaspora Indonesia, terutama diaspora peneliti untuk bekerja di Tanah Air masih belum maksimal.
Sejak 2014, LIPI sebagai salah satu LPNK di bawah koordinasi BRIN aktif mencari dan merekrut diaspora untuk bergabung dan sejak 2018 jalur diaspora telah dibuka sebagai salah satu mekanisme penerimaan CPNS di LIPI. (Tri Wahyuni)