Suara Karya

Cegah ‘Over Fishing’, Guru Besar UI: Pentingnya Regulasi Sistem Sosial dan Ekologi

JAKARTA (Suara Karya): Pentingnya regulasi yang mengatur sistem sosial dan ekologi, agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan (over fishing) yang merusak lingkungan.

Hal itu dikemukakan Prof Dr Dewi Susiloningtyas dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Geografi Manusia, Lingkungan, dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI).

Pemimpin pengukuhan, Rektor UI, Prof Dr Ir Heri Hermansyah, ST, M.Eng, IPU, di kampus UI Depok, pada Rabu (25/6/25).

Perempuan yang akrab disapa Prof Tyas tersebut menjelaskan, sumber daya perikanan Indonesia berperan penting dalam ketahanan pangan, mata pencaharian, dan sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat.

Potensi kekayaan laut Indonesia di sepanjang garis pantai kurang lebih 99.093 km. Jika kekayaan laut dieksploitasi secara berlebihan, maka hal itu akan berdampak terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian jutaan orang di sektor terkait.

Karena itu, lanjut Prof Tyas, konsep geografi manusia penting untuk mengatur ruang dan masyarakat, serta mengkaji interaksi antara tempat dan ruang.

“Peran manusia sebagai aktor perubahan lingkungan dapat menjelaskan dampak aktivitas manusia terhadap permukaan bumi, termasuk dampak wilayah pesisir dan laut,” ujarnya.

Menurut Prof Tyas, perlu ada intervensi berupa regulasi yang mengatur sistem sosial dan ekologi (social ecology system) agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan atau over fishing yang merusak lingkungan.

“Konektivitas spasial dalam social ecology system terdiri atas unit fisik, biologi, dan geografi yang berasosiasi dengan aktor sosial dan institusi. Struktur atau atribut dalam sistem sosial berupa nilai, perilaku, tingkat pengetahuan, teknologi, serta jumlah individu atau komunitas,” paparnya.

Sementara itu, sistem ekologi adalah semua sumber daya alam dari jasa ekosistem yang dimanfaatkan oleh manusia. Interaksi kedua sistem ini memerlukan regulasi agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan.

Untuk menguatkan sistem sosial ekologi, dibutuhkan konsep Pemodelan Berbasis Agen atau ABM (Agent Base Model) yang dikembangkan untuk pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan.

ABM adalah model komputasi untuk mensimulasikan tindakan interaksi antar agen otonom yang digunakan sebagai analisis pemodelan masyarakat yang kompleks, seperti pada komunitas masyarakat pesisir yang mata pencahariannya dipengaruhi faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Prof. Tyas menerapkan konsep sosial ekologi dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada penelitian yang terkait dengan alam dan kehidupan masyarakat pesisir. Beberapa di antaranya, pengembangan pariwisata pesisir dan laut berkelanjutan, serta pengembangan budi daya rumput laut di Pulau Tarakan, Kalimantan Utara.

Dari penelitian itu, dengan pendekatan konektivitas spasial, kajian terhadap dinamika dan perubahan akses sumber daya atau tekanan lingkungan secara langsung dapat dipetakan dan diprediksi dengan model.

“Implikasi dari konektivitas sosial ekologi dalam membentuk keberlanjutan, dapat diarahkan dengan prioritas kebijakan serta menentukan bentuk tanggung jawab pelaku kegiatan yang terlibat,” katanya.

Hasil studi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengelolaan wilayah berbasis data adaptif terhadap dinamika yang terjadi. Kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut akan berpengaruh terhadap keberlanjutan sumber daya.

“Hal itu karena adanya kerentanan kerusakan ekologi pada wilayah kritis yang merupakan habitat dari sebagian besar sumber daya, yang menjadi ketergantungan kehidupan masyarakat pesisir,” ujarnya.

Penelitian Prof Tyas terkait konektivitas spasial sebagai strategi untuk keberlanjutan penghidupan masyarakat pesisir di Indonesia membawanya menjadi guru besar ke 32 yang dikukuhkan tahun ini dari total 473 guru besar UI.

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof Tyas menamatkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada program S1 Perencanaan Pengembangan Wilayah, Fakultas Geografi (1994) dan S2 pada Ilmu Lingkungan (1998), serta pendidikam S3 pada Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, FPIK IPB University pada 2014.

Pada 2024, ia melakukan beberapa penelitian lain, antara lain, The Influence of Traditional Bottom Set Gill Net Dimension with The Daily Catches of Rastrelliger Faughni at The Karangantu Archipelago Fisheries Port, Banten Province, Indonesia; Spatial Dynamics Model of Built-up Area Growth and Mean Sea Level Ris Projection. Casee Study: Bandar Lampung City, Indonesia; dan Spatial Analysis of Landuse and Land Utilization Based on Suitability Spatial Planning on Food Estate Planning Site in Kapuas Regency, Central Kalimantan.

Acara pengukuhan iuga dihadiri Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Dr Raditya Jati; EVP Sistem Informasi PT Kereta Api Indonesia (Persero), Albertus Indarko Wiyogo; Direktur Kelembagaan dan Jaringan Informasi Geospasial, Badan Informasi Geospasial, Rachman Rifai; Staf Ahli Menteri ATR/BPN, Aishah Gray; dan Direktur Korean Bank, Dodi Widjayanto. (Tri Wahyuni)

Related posts