JAKARTA (Suara Karya): Dalam perjalanan panjang sastra Indonesia, karya Ali Akbar (AA) Navis telah menjadi mercusuar yang menerangi peradaban kata-kata di Indonesia.
Karena itu, UNESCO menyepakati penetapan hari lahir AA Navis yang tahun ini genap 100 tahun sebagai sebuah perayaan atas karyanya dalam membangun bangsa Indonesia melalui bidang kesusastraan.
Hal itu dikemukakan Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemdikdasmen, Hafidz Muksin dalam acara seminar dan peluncuran buku 100 Tahun AA Navis: Kajian Kritis, Pemikiran dan Visi Budaya, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (28/11/24).
Acara peluncuran buku tersebut merupakan puncak dari rangkaian Perayaan 100 Tahun AA Navis, yang telah dimulai sejak 9 Maret 2024 lalu di kampung halamannya, Padangpanjang, Sumatera Barat.
Sepanjang 2024, beragam acara seperti bedah buku, pojok AA Navis, pembacaan puisi karya AA Navis, diskusi sastra, hingga pementasan teater dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Hafidz Muksin mengungkapkan antuasiasme luar biasa dari masyarakat, akademisi, pelajar, berbagai komunitas, pegiat literasi, di berbagai provinsi yang diselenggarakan.
“Semoga semangat AA Navis dalam berkarya dan membangun kesadaran melalui sastra dapat terus hidup bersama kita,” ucapnya.
Hadir dalam acara, sastrawan yang juga Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana; dan Anggota Tim Perumus Kebudayaan Indonesia, Djoko Saryono untuk
membacakan puisi karya AA Navis.
Selain itu hadir Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodijah secara daring; dan Ketua Umum Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski), Prof Dr Novi Anoegrajekti.
Acara dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E Aminudin Azis
Sementara, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodijah menyatakan karya AA Navis tetap relevan hingga kini dan dapat menjadi panduan moral bagi masyarakat Indonesia.
“Karya-karya beliau tetap menjadi panduan moral bagi masyarakat Indonesia untuk tetap bergerak maju tanpa melupakan akar budayanya,” katanya.
Itje mengungkapkan, KNIU mengusulkan penetapan hari lahir dua tokoh nasional ke UNESCO untuk periode 2024-2025, yaitu AA Navis yang lahir pada 17 November 1924, dan Keumalahayati yang akan diperingati pada 2025.
Menurutnya, kritik sosial dalam karya-karya AA Navis menjadi kekuatan transformatif bagi masyarakat, juga mendorong kekuatan kemanusiaan secara universal.
Sekadar informasi, AA Navis yang lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Padangpanjang, Sumatera Barat. Ia merupakan seorang budayawan, sekaligus sastrawan terkemuka Indonesia.
AA Navis sudah menulis 65 karya sastra dalam berbagai bentuk, seperti “Robohnya Surau Kami” yang berhasil dinobatkan sebagai cerpen terbaik dalam majalah Kisah tahun 1955 dan cerpen “Saraswati, Si Gadis dalam Sunyi” yang juga ditetapkan sebagai cerpen remaja terbaik oleh Unesco/Ikapi pada tahun 1988. (Tri Wahyuni)