JAKARTA (Suara Karya): Integrasi lembaga riset pemerintah melalui pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berdampak signifikan terhadap posisi Indeks Daya Saing Indonesia di tingkat global.
Posisi Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) kini berada di peringkat ke-54. Peringkat itu jauh lebih baik, dibanding posisi sebelum 2021 yang berkisar di angka 87.
Pencapaian monumental itu terungkap dalam acara Ekspose Capaian Riset dan Inovasi 2024 bertajuk ‘Transformasi Riset dan Inovasi untuk Membangun Negeri’ di Jakarta, Rabu (22/1/25).
Dalam acara itu, BRIN juga menerima Anugerahan Rekor Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga dengan jumlah integrasi kementerian/lembaga riset sains inovasi terbanyak.
Seperti dikemukakan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, capaian tersebut mencerminkan upaya kita untuk memperbaiki ekosistem riset dan inovasi yang langsung tercermin di berbagai indikator dalam peringkat Global Innovation Index (GII).
Menurutnya, keberhasilan itu tidak hanya berfokus pada hasil akhir riset, seperti produk yang langsung dirasakan masyarakat, melainkan juga pada pembangunan ekosistem riset yang lebih baik.
“Kami memperbaiki skema-skema untuk peningkatan kapasitas SDM, tidak hanya untuk BRIN, tetapi juga untuk kampus, industri dan komunitas,” ujarnya.
Pria kelahiran Lawang itu menyoroti pentingnya menjaga talenta unggul Indonesia. BRIN terus membuka peluang bagi diaspora Indonesia untuk kembali dan berkontribusi dalam riset nasional.
“Karena aktivitas riset inovasi itu salah satu instrumen utama dalam menciptakan SDM Unggul,” katanya.
Dari sisi infrastruktur, BRIN menyediakan fasilitas infrastruktur riset canggih untuk mendukung kegiatan riset dan inovasi melalui e-layanan sains (elsa). Selain juga skema pendanaan berbasis kompetisi yang diterapkan sejak 2022 mulai menunjukkan hasil positif.
“Ini untuk memastikan, aktivitas riset inovasi yang dilakukan oleh teman-teman kita ini, tidak hanya di BRIN telah memenuhi standar global,” ucapnya.
Sepanjang 2024, lanjut Handoko, BRIN mencatatkan 539 capaian Kekayaan Intelektual (KI) yang meliputi paten, hak cipta, merek, desain industri, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).
Hingga Januari 2025, BRIN telah mempublikasikan 6.117 karya ilmiah di jurnal bereputasi global dengan 5.865 sitasi. Kolaborasi dengan berbagai institusi nasional dan internasional ikut mendukung pencapaian Field-Weighted Citation Impact (FWCI) BRIN yang berada pada angka 1.11.
Handoko menjelaskan, lembaga riset seperti BRIN lebih fokus pada pengembangan teknologi kunci, yang menjadi dasar bagi industri untuk menghasilkan produk akhir.
Ia menilai keberhasilan riset tidak hanya dilihat dari produk akhirnya, dengan perspektif jangka pendek. “Kami perlu mengedukasi masyarakat, bahwa riset adalah investasi jangka panjang, dan hasilnya mungkin baru dirasakan dalam beberapa tahun,” jelasnya.
Handoko juga menyatakan dukungan penuh terhadap program Astacita Presiden Prabowo Subianto, yang menargetkan swasembada pangan dan energi sebagai salah satu pilar utama pembangunan nasional.
Ia menegaskan, arah riset yang telah dirancang BRIN sepenuhnya selaras dengan kebutuhan masyarakat dan arahan Presiden untuk memastikan kedaulatan nasional di bidang pangan dan energi.
“Sebenarnya, apa yang kami lakukan sudah sesuai dengan visi besar swasembada pangan dan energi yang dicanangkan Presiden,” tuturnya.
Dalam aspek pangan, misalkan, BRIN aktif mengembangkan varietas baru, seperti untuk padi dan jagung, guna mendukung ketahanan pangan nasional.
Untuk swasembada energi, BRIN mengambil langkah inovatif seperti pengembangan teknologi co-firing berbasis biomassa lokal pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Kami pastikan BRIN berkontribusi signifikan pada pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan, yang menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, sehingga bisa terlepas dari ‘middle income trap’,” katanya.
Sebagaimana diketahui, BRIN terbentuk sejak 2021 berdasarkan Peraturan Presiden No 78 Tahun 2021. BRIN saat ini didukung 13.663 SDM, di mana 70 persen diantaranya adalah periset yang tersebar di berbagai bidang riset.
Integrasi 5 entitas lembaga riset (Kemenristek, BPPT, LIPI, BATAN, dan LAPAN) serta 74 lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) Kementerian/Lembaga ini menjadikan BRIN menerima Rekor Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga dengan jumlah integrasi kementerian/lembaga riset sains inovasi terbanyak. (Tri Wahyuni)