Suara Karya

Potensi ‘Cuan’, Stan Vokasi Tarik Perhatian Pengunjung Business Matching 2024

JAKARTA (Suara Karya): Stan Vokasi di Pameran Business Matching 2024 yang digelar di Denpasar Bali, menarik perhatian pengunjung. Pasalnya, banyak produk inovasi yang dihasilkan satuan pendididikan vokasi berpotensi ‘cuan’.

“Siswa vokasi kini tak hanya belajar membuat dan melakukan praktik, tetapi juga memperhatikan kepentingan pelanggan,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi, Kemdikbudristek, Kiki Yuliati di sela kegiatan, Senin (4/3/24).

Pameran yang diikuti 182 stan dengan tema ‘Kemandirian Produk Dalam Negeri Menuju Indonesia Emas’ dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kemdikbudristek Suharti.

Ke-182 stan tersebut berasal dari industri kecil binaan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), serta Kementerian Pertahanan.

Kiki menambahkan, pihaknya sejak awal berupaya memastikan relevansi lulusan vokasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat, termasuk dunia usaha dan dunia industri.

“Berkat upaya memperhatikan kepentingan pelanggan, anak vokasi saat ini merasakan dampak positif atas perubahan tersebut. Dampaknya juga dirasakan mahasiswa vokasi, yang risetnya makin maju dan berkualitas,” ujarnya.

Kiki berharap produksi vokasi terus berkembang, sehingga bisa diproduksi secara massal. Lalu produk tersebut dipasarkan ke pasar industri, dan dipakai oleh masyarakat Indonesia.

“Kami dapat arahan dari Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk membuat produk yang lebih baik. Hasil inovasi itu akan digunakan masyarakat karena kualitas produk terjaga dan mematuhi perizinan yang ada,” ucap Kiki.

Sekjen Kemdikbudristek, Suharti dalam sambutan pembukanya mengatakan Pameran Business Matching 2024 menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

“Keberhasilan gerakan itu diyakini dapat mendorong perkembangan industri dalam negeri, membuka lapangan kerja baru, penyerapan tenaga kerja, dan berbagai efek lainnya yang akan memperkuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” ujar Suharti.

Guna menyukseskan Gernas BBI, Kemdikbudristek meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan satuan pendidikan terutama SMK untuk produk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi.

“Selain juga meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan perguruan tinggi untuk menjadi produk substitusi impor,” ucap Suharti menegaskan.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala SMKN 2 Salatiga, Sriyanto, menuturkan, pihaknya sudah dihubungi 10 orang yang ingin menjalin kerja sama sepanjang pameran yang berlangsung 4 hari tersebut.

“Ajakan kerja sama tidak hanya dari kalangan industri, tetapi juga pemerintah daerah hingga asosiasi profesi. Mereka ingin membuat produk inovasi lokal yang ramah disabilitas,” ujarnya.

Menurut Sriyanto, awalnya para pengunjung tidak percaya jika produk yang dipamerkan buatan siswa SMK. Setelah diberi bukti dokumen dan foto, para pengunjung akhirnya kagum dan ingin bekerja sama.

“Anak vokasi bisa menghasilkan produk lokal yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar, kuncinya itu diberi kesempatan, kepercayaan, dan binaan,” ucapnya.

Hal senada dikemukakan Kepala SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo, Bambang Sahana. Ia mengatakan, banyak industri dan pemerintah daerah yang mengajak kerja sama. Mereka terkesima dengan produk inovasi para siswa dan berminat mengembangkan produk tersebut secara bersama.

“Mereka ingin produk dibuat agar lebih ramah lingkungan, lebih ramah disabilitas, dan lainnya,” kata Bambang.

Sebagai informasi, SMKN 2 Salatiga dan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo merupakan wakil dari SMK di pameran. Selain ada SMK PPN Tanjungsari dengan produk kopi hasil perkebunan sekolah dan SMK NU Miftahul Huda dengan produk mesin moulding dan hasil cetakannya.

Satuan pendidikan vokasi lainnya adalah Politeknik Negeri Bali lewat produk inovasi We Care berupa sistem telemedisin pemantauan kondisi tanda vital pasien pasca-rawat inap berbasis internet of things (IoT).

Berikutnya Politeknik Negeri Semarang dengan inovasi Plug N Pay untuk mempercepat proses konversi motor BBM ke listrik; dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dengan inovasi Water Quality Mater untuk memantau kualitas air, motor listrik, dan Tulibot Smart Glasses untuk komunikasi penyandang disabilitas tunarungu.

Ada juga LKP Agung dengan kualitas tata riasnya, LKP CMC dengan produk animasi, dan LKP Filbert dengan produk kopi yang membuat para pengunjung terkesima dengan rasanya.

Pengunjung dari Pemerintah Daerah Kotamobagu, Sulawesi Utara, Adnan mengapresiasi produk buatan siswa SMK dan mahasiswa Politeknik. Katanya, produk tersebut tampil luar biasa.

“Hal itu menunjukkan pembelajaran di pendidikan vokasi berhasil karena mereka diberi kebebasan untuk menghasilkan produk inovasi yang bernilai jual tinggi,” kata Adnan menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts