JAKARTA (Suara Karya): Siswa Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi debat tingkat dunia (World Schools Debating Championship/WSDC) untuk jenjang SMA, di Kota Belgrade, Serbia pada 16-22 Juli 2024.
Dalam kompetisi yang diikuti 68 negara itu, Indonesia meraih tiga penghargaan sekaligus, yaitu Top Ten English as Foreign Language (EFL) Best Speaker, Honorable Mention (Octofinalist), dan Best EFL Team.
Dalam kategori individu, penghargaan Top Ten EFL Best Speaker diraih Carlsson Khovis, siswa SMAS Sutomo 1 Medan. Sebagai tim, Indonesia mendapat penghargaan Honorable Mention (Octofinalist) dan Best EFL Team
Kepala Pusat Prestasi Nasional, Kemdikbudristek, Maria Veronica Irene Herdjiono di Jakarta, Sabtu (27/7/24) menjelaskan, capaian itu menunjukkan peningkatan tim debat Indonesia dibanding tahun sebelumnya.
“Tahun lalu, siswa Indonesia hanya dapat satu penghargaan, yaitu Honorable Mention (Partial Double Octofinalist), sekarang raih tiga penghargaan,” ucapnya.
Irene berharap, para siswa terus konsisten dan persisten dengan bakat dan minat yang dimiliki, khususnya dalam dunia debat. “Semoga adik-adik terus mengasah minat dan bakat hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” ucapnya.
Kelima debaters yang mewakili Indonesia adalah Bintang Putra Ari Ramadhan dari SMAS Al-Azhar Mandiri Palu, Carlsson Khovis dari SMAS Sutomo 1 Medan, Arilynn Wijaya dari SMAS Sutomo 1 Medan, Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam, dan Anya Krishna Rahardja dari SMA ACS Jakarta.
Kelima siswa itu sebelumnya adalah pemenang ajang National Schools Debating Championship (NSDC) 2023 yang diseleksi dan dibina Pusat Prestasi Nasional, Kemdikbudristek.
Peraih Top Ten EFL Best Speaker, Carlsson Khovis dari SMAS Sutomo 1 Medan mengungkapkan, konsistensi merupakan kunci utama dirinya bisa meraih penghargaan tersebut.
“Saya berusaha bicara secara konsisten, dan sepertinya juri-juri WSDC menyukainya. Hal itu yang membuat skor saya stabil hingga dapat 10 besar EFL Best Speaker,” kata Carlsson.
Ia menjelaskan, tim debat Indonesia dalam ajang WSDC kali ini harus melalui serangkaian tahapan lomba yang cukup menguras pikiran dan tenaga.
“Tantangannya pada kekuatan mental, karena WSDC memiliki 8 ronde yang terbilang berat. Setiap ronde memakan waktu satu setengah jam. Belum waktu persiapannya,” kata Carlsson.
Untuk itu, ia mengungkapkan, pentingnya banyak mendengar orang lain berbicara. Sehingga supaya bisa merespons dengan baik dan benar.
Hal senada diungkapkan Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam. “Yang terpenting jangan pernah menyerah, karena prestasi itu butuh proses yang panjang. Jika gagal, jangan bersedih tetapi harus tetap semangat,” ujarnya.
Selama di WSDC, para siswa didampingi Tim Pembina yaitu Rachmat Nurcahyo (Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai manajer tim dan Tengku Omar Azfar Haqqani (Columbia University) sebagai coach.
Indonesia juga mengirim juri dalam kompetisi, yaitu Muhammad Batara Mulya dari Universitas Bina Nusantara. (Tri Wahyuni)