JAKARTA (suara Karya) : Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto memperkirakan dalam waktu sekitar 15 tahun ke depan mobil listrik akan menggantikan mobil yang sekarang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
“Prediksi saya, 10-15 tahun ke depan mobil listrik itu akan menggantikan mobil-mobil yang menggunakan bbm,” kata Unggul menjawab pertanyaan wartawan di sela seminar mobil listrik di Gedung BPPT, Jakarta. Selasa (31/7).
Walau disebutkan mobil listrik itu mahal kata Unggul, tapi diharapkan bisa lebih murah karena tidak menggunakan BBM. Karena kalau sumbernya dari panas bumi atau renewable energi yang lain.
“Sekarang pakai batubara, sehingga harga listrik per KWH-nya masih lebih murah kalau dibandingkan dengan menggunakan BBM. Sebetulnya ke depan listrik dari pembangkit berkapasitas 35MW itu berlebih. Jadi, kelebihan itu bisa diserap oleh mobil listrik,” jelasnya.
Diungkapkannya, menuju penggunaan mobil listrik itu, BPPT bergandengan dengan Kementerian Perindustrian, dan ESDM dibawah koordinasi Kemenko Maritim mendukung kemajuan dalam pemakaian mobil listrik di Indonesia.
“BPPT telah siap mengembangkan dan melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi mobil listrik. Kami berupaya mengembangkan berbagai purwarupa moda transportasi bertenaga listrik, mulai dari motor, trolley bus, juga mobil listrik,” ungkapnya.
Dia mengatakan, mobil listrik merupakan kendaraan yang sangat sesuai untuk masa depan. Diperlukan kajian terkait komersialisasi, kematangan teknologi, regulasi dan kesiapan infrastruktur dan jaringan listrik nasional untuk mendukung komersialisasi mobil listrik.
“Intinya kami fokuskan inovasi ini bisa masuk ke industri, yakni agar motor listrik, baterai dan manufaktur komponen lainnya dapat melibatkan industri dalam negeri. Hal ini menjadi kunci dalam pengoperasian mobil listrik,” papar dia.
Untuk mencapai cita mobil listrik ini dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak. “Selain itu untuk lebih mendorong industri otomotif di Indonesia agar berinvestasi dengan memproduksi mobil listrik, maka pemerintah juga akan memberikan insentif secara bertahap,” ucapnya.
Semwntara itu, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB BPPT) Eniya L. Dewi, yang juga profesor riset bidang Material Fuel Cell mengungkap bahwa BPPT telah melakukan kaji terap teknologi untuk menciptakan kendaraan berbasis energi listrik.
“BPPT terus berupaya mengembangkan berbagai purwarupa moda transportasi bertenaga listrik, mulai dari motor, trolley bus, juga mobil listrik. Intinya kami fokuskan inovasi ini bisa masuk ke industri, yakni agar motor listrik, baterai dan manufaktur komponen lainnya dapat melibatkan industri dalam negeri. Hal ini menjadi kunci dalam pengoperasian mobil listrik,” kata Eniya.
Eniya mengatakan, mobil listrik memiliki ketergantungan pada daya tahan baterai. Supaya mobil dapat menempuh perjalanan jauh, maka baterai itu harus mampu menyimpan energi dalam kapasitas. (Indra DH)