JAKARTA (Suara Karya): Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) hingga kini masih jadi harapan bagi para pencari kerja. Hal itu terlihat pada LKP Sinar Nusantara (Sinus) Semarang yang kebanjiran peserta didik sejak pandemi hingga kini.
“Sebelum pandemi, saya punya bengkel sepeda motor untuk passive income. Karena ada karyawan yang tidak jujur, lalu saya alihkan menjadi tempat kursus untuk perbengkelan,” kata pemilik LKP Sinus, Alex Sujanto di lembaga pendidikannya, Jumat (13/10/23).
Alex tak menyangka LKP Sinus yang didirikannya mendapat respon dari masyarakat. Hal itu terlihat dari jumlah peserta didik yang mendaftar. “Setelah tahu hampir semua lulus LKP di sini bisa cepat bekerja, makin banyak yang daftar,” ujarnya.
Ketika peserta didik terus bertambah, lanjut pria yang sehari-hari menjadi dosen psikologi di Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, terjadilah pandemi. Karena kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah, LKP-nya sempat vakum sejenak.
Namun, kesedihan itu tidak berlangsung lama. LKP milik Alex Sujanto terpilih sebagai salah satu penyelenggara Program Pra Kerja oleh pemerintah pada 2021 lalu. Ia mendapat kuota hingga 10 ribu orang dalam satu tahun anggaran.
“Setelah mendapat amanah dari pemerintah, saya tutup sementara program kursus reguler. Karena semua tenaga pengajar akan sibuk menangani program pemerintah ini,” ujarnya.

Disela kesibukannya, Alex melihat peluang kerja baru dengan mendirikan kursus stir mobil. Mulai dari satu mobil, LKP Sinus kini memiliki 6 mobil dengan beragam merek dan teknologi.
“Strategi pemasaran dari mulut ke mulut ini ternyata berdampak positif pada LKP Sinus. Banyak peserta didik yang telah lulus mengaku puas dengan cara kerja instruktur yang mengedepankan safety drive. Ruang tunggu di LKP Sinus pun ber-AC sehingga terasa nyaman,” katanya.
Berkat kemajuan itu, LKP Sinus yang semula menempati rumah satu lantai, kemudian bertumbuh menjadi gedung 4 lantai. Tak hanya kursus perbengkelan dan stir mobil, LKP juga membuka kursus bahasa Inggris dan komputer.
Hasil kerja LKP Sinus untuk Program Pra Kerja 2021 dinilai baik. Tahun berikutnya ia mendapat lebih banyak peserta didik. Jumlahnya mencapai 30 ribu orang selama 1 tahun pelaksana.
“Jumlah itu terbanyak dari seluruh LKP yang ada di Jawa Tengah,” ucap Alex dengan bangga.
“Kami harus kerja keras untuk memenuhi tugas itu. Selain di sini, kami buka bengkel tempat belajar di tempat lain. Sehingga total ada 5 lokasi,” ujarnya.
Ditanya soal materi pembelajaran di LKP Sinus, Alex menjelaskan, materi seputar perbengkelan agar peserta didik dapat melakukan service motor beragam teknologi, seperti matik, bensin hingga injeksi.
“Satu kelas dibatasi hanya 20 siswa agar materi bisa diserap dengan baik,” ujar peraih gelar Doktor Manajemen Pendidikan itu.
Ditanya soal target kedepan, Alex mengaku belum punya. Pasalnya, ia masih sibuk mengajar di kampus, memantau pelaksanaan Program Pra Kerja di LKP-nya, pengajian agama dan persiapan mantu anaknya.
“Untuk sekarang biarkan mengalir seperti ini dulu, sambil menyelesaikan tugas Pra Kerja. Ada tugas lain yang tak kalah penting, yaitu menikahkan anak saya dalam waktu dekat. Ini terkait tugas saya sebagai orangtua,” ucap Alex.
Salah satu peserta didik yang merasakan manfaat dari Program Pra Kerja adalah Fajar (21) asal Karawang. Mahasiswa semester 5 di sebuah perguruan tinggi di Bandung itu mengaku rehat sejenak dari kampusnya untuk ikut Pra Kerja di LKP Sinus.
“Waktu dengar ada Program Pra Kerja saya mencoba mendaftar ke LKP Sinus karena ingin kerja sambilan di bengkel,” kata Fajar yang hobi otomotif itu.
Ia berharap suatu hari bisa memiliki bengkel motor sendiri, sesuai dengan hobinya. “Kalau sudah hobi, seberat apapun pekerjaan akan terasa ringan,” katanya.
Fajar ingin buka bengkel di kampung halamannya di Karawang. Karena daerah tersebut memiliki banyak kendaraan bermotor, sementara bengkel kendaraan bermotor masih minim.
“Semoga cita-cita saya dapat jalannya. Sehingga ilmu yang saya pelajari di LKP Sinus memberi berkah bagi semua orang,” kata Fajar menutup perbincangan. (Tri Wahyuni)

