JAKARTA (Suara Karya): Bangsa Indonesia harus mewaspadai munculnya simbol-simbol atas nama agama, adat dan kesukuan yang semakin hari kian berkembang.
Munculnya simbol-simbol tersebut, juga sudah ditandai dengan meningkatnya eskalasi konflik antar kelompok masyarakat.
Demikian dikemukakan pengamat politik dan Ketua Pendiri Nation and Character Building Institute (NCBI), Juliaman Saragih, di Jakarta, Senin (21/5).
Dia mengatakan hal itu, menyikapi kondisi bangsa dalam perjalanan 20 tahun reformasi.
“Kini 20 tahun reformasi, kita menyaksikan eskalasi konflik antar kelompok masyarakat, antar agama yang terekam jelas dari tindakan yang dilakukan, simbol-simbol dan slogan-slogan yang digunakan, termasuk merebaknya ujaran kebencian untuk dan atas nama agama, adat dan kesukuan baik di ruang publik terbuka atau media sosial,” katanya.
Juliaman mengingatkan, selama ini bibit berpikir liberal mulai ditanamkan bagi kepentingan sebagian kecil anak bangsa, yang seolah-olah liberalisasi pun menjadi tuntutan sejarah reformasi sebelum persatuan dan kesatuan merasuk.
“Inilah salah satu catatan hitam 20 tahun reformasi Indonesia,” ujarnya.
Jika kondisi di atas tidak diantisipasi lebih dini, dirinya meyakini, semakin lama akan semakin melebarkan pembelahan masyarakat di tingkatan nasional. Bahkan menjalar jauh di masyarakat pemukiman padat di perkotaan. (Gan)