MANILA (Suara Karya): Ribuan buruh dan aktivis buruh di Filipina berunjuk rasa memperingati Hari Buruh se-dunia, Selasa (1/5), dengan menuntut penghapusan kontrak jangka pendek yang pernah dijanjikan Presiden Rodrigo Duterte.
Aksi unjuk rasa digelar di depan istana kepresidenan dengan membawa poster dan slogan yang berisi Duterte telah berbohong mengenai penghapusan kontrak kerja jangka pendek. Pengunjuk rasa itu juga membakar orang-orangan mirip Duterte, yang bertuliskan Raja Pembohong beberapa ratus meter dari pagar istana presiden.
Sebelumnya, Duterte sempat menandatangani peraturan presiden yang melarang kontrak ilegal dan meminta kementerian tenaga kerja untuk menyerahkan daftar perusahaan yang terlibat atau diduga terlibat dalam praktik tersebut. Duterte pernah mengancam menutup semua perusahaan yang masih belum berhenti mempraktikkan kontrak jangka pendek itu.
Namun, sejumlah serikat pekerja mengatakan praktik itu masih terus bertahan, terutama bagi para buruh di pusat-pusat perbelanjaan dan industri makanan cepat saji.
Pemimpin gerakan sayap kiri Bayan, Renato Reyes menyindir Duterte dengan mengatakan Duterte berhasil melakukan yang pemimpin lain gagal lakukan selama tiga dasawarsa belakangan, yaitu menyatukan kelompok buruh.
“Persatuan bersejarah dari kelas pekerja ini adalah buah langsung dari kegagalan rezim untuk menghapus praktik kontrak jangka pendek, yang dulu menjadi janji utama saat masa kampanye,” kata Reyes dalam pernyataan tertulis.
“Selama dua tahun ini, pihak eksekutif selalu berkilah, dan hanya menyerahkan urusan itu ke Kongres pada saat-saat terakhir,” kata dia.
Kepolisian memperkirakan ada sekitar 10.000 orang menjadi peserta unjuk rasa tersebut.
Sementara itu, di Cebu, Duterte meminta Kongres segera mengesahkan usulan undang-undang mengamandemen aturan perburuhan, yang kadaluarsa, untuk disesuaikan dengan kenyataan masa kini.
“Saya masih berkomitmen penuh untuk menghapus praktik kontrak jangka pendek yang ilegal,” kata Duterte.
Di luar Manila, unjuk rasa juga terjadi di pinggiran kota. Para buruh menuntut upah yang lebih besar, perbaikan kondisi kerja, termasuk bagi jutaan buruh migran di luar negeri. Saat ini Filipina tengah bersengketa dengan Kuwait terkait laporan adanya penyiksaan terhadap asisten rumah tangga asal Filipina di sana.
Pada bulan lalu, kementerian tenaga kerja memerintahkan jaringan makanan cepat saji Jollibee Food Corps mengangkat 6.000 buruh menjadi pegawai tetap. (Victor AS)