JAKARTA (Suara Karya): Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes berpendapat pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di tengah pandemi Covid-19 tidak berkualitas.
Pasalnya, kepala daerah itu, kata dia, utamanya yang petahana akan kehilangan konsentrasi dalam penanganan Covid-19 di daerahnya masing-masing.
“Efeknya adalah terbelahnya konsentrasi petahana yang maju kembali. Antara tugas publik dia sebagai kepala daerah atau apakah dia akan melakulan mobilisasi kampanye,” tuturnya kepada wartawan, Minggu (17/5/2020).
Kemudian lanjut Arya, muncul kekhawatiran yang besar pada publik saat melihat situasi Covid saat ini. Menurutnya, dengan situasi kecemasan yang tinggi ini justru berdampak pada kurang maksimalnya kandidat dalam menyerap aspirasi publik, baik itu petahana maupun penantang atau new comer itu . Padahal itu poin pentingnya pelaksanaan Pilkada ada pada penyerapan aspirasi tersebut menurutnya.
“Padahal salah satu gagasan penting kampanye itu adalah soal bagaimana kandidat mampu menyerap aspirasi yang berkembang di grass root dan membuatnya menjadi tawaran kebijakan kampanye dan menjadi RPJMD di daerah tersebut. Kalau penyerapan aspirasi publik melalui kampanye itu tidak maksimal karena kandidat cemas melakukan kampanye, apalagi publik juga cemas untuk hadir dalam kampanye itu mana mungkin aspirasi itu akan maksimal diserap oleh kandidat,” ungkapnya.
Seperti diketahui, gegara Pandemi Covid-19 ini akhirnya Pemerintah menunda pelaksanaan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020 mendatang. Keputusan itu secara resmi diambil presiden dengan mengeluarkan Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2020 tentang penundaan Pilkada 2020. (Bobby MZ)