JAKARTA (Suara Karya): Perusahaan alat tulis, Faber Castell berkomitmen akan mendukung terus komunitas seniman lukis Indonesia. Tahun ini, dukungan itu diberikan kepada sastrawan Goenawan Mohammad yang sejak lama memiliki hobi melukis.
Pameran lukisan bertajuk Warna ini hanya menampilkan 26 dari 200 lukisan karya pria yang akrab dipanggil GM, karena minimnya lahan yang tersedia di mall mewah, Plaza Senayan. Pameran akan digelar hingga 20 Juni 2018.
Managing Director PT Faber-Castell International Indonesia, Yandramin Halim mengaku senang atas aktifnya sastrawan GM dalam dunia lukis di Indonesia. Karena ketenaran pemikiran GM yang selama ini tertuang dalam tulisan menjadi daya tarik tersendiri ketika menjadi lukisan.
“Mengamati setiap lukisan GM menjadi ajang latihan bagi saya untuk mereka-reka pesan tersirat dalam setiap goresan karyanya,” kata Yandramin disela acara pembukaan pameran lukisan GM pada Kamis (30/5) malam.
Hadir dalam kesempatan itu mantan Wakil Presiden Budiono dan sutradara kawakan Slamet Rahardjo Djarot.
Ditambahkan, karya sang maestro lintas jaman itu menggunakan produk Art&Graphic buatan Faber Castell. Sehingga gambar maupun warna yang dihasilkan dapat bertahan hingga 75 tahun.
“Hal itu penting bagi seniman lukis profesional yang karyanya mampu bernilai jual,” ujarnya.
Menurut Yandramin, berbagi kegiatan digelar Faber Castell untuk mendukung seniman lukis Indonesia. Pada 2016 lalu, pihaknya menggelar “Pameran Kreativitas Tanpa Batas” dalam bentuk roadshow ke beberapa kota di Indonesia.
“Kami juga buat lomba lukis di media sosial. Karya terbaik dipamerkan lewat pameran lukisan di Singapura. Diharapkan ini bisa menjadi jalan bagi seniman lukis Indonesia dikenal di mancanegara,” katanya.
Goenawan Mohammad dalam kesempatan itu mengaku lebih cepat selesai dalam menggambar ketimbang menulis. Meskipun demikian, ia enggan disebut sebagai perupa. “Melukis hanya hobi,” ucap GM sambil tertawa.
Soal tema, GM menjelaskan, warna dipilih karena memiliki petualangannya sendiri. Warna vahkan tak selamanya mengikuti apa yang dikehendaki sang seniman.
“Saat kita menggunakan cat cair, sering warna mengikuti alur sendiri. Begitupun pencampuran warnanya, seakan-akan hidup dari tangan perupa dalam kebasahan ke atas kertas,” katanya. (Tri Wahyuni)