JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) memberi penghargaan ‘Lifetime Achievement’ (pengabdian sepanjang hayat) kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Periode 1993-1998, Prof Wardiman Djojonegoro.
Penghargaan diserahkan secara langsung oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam acara Tasyakuran Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, yang berlangsung di Gedung Kemdikdasmen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/25) malam.
Abdul Mu’ti mengaku kagum atas semangat dan dedikasi Prof Wardiman di dunia pendidikan. Meski akan berusia 91 tahun pada 22 Juni mendatang, ia kerap menjadi narasumber dalam diskusi pendidikan atau kegiatan bermakna lainnya.
“Saya pernah bertanya pada Prof Wardiman beberapa tahun lalu, apa rahasianya terlihat awet muda, penuh semangat dan bahagia. Katanya, harus menjadi Ketua Umum Yayasan Puteri Indonesia,” kata Abdul Mu’ti mengungkapkan.
Prof Wardiman telah menjadi Ketua Umum Yayasan Puteri Indonesia sejak 1998 hingga saat ini, tak tergantikan. Yayasan yang didirikan sejak 1992 itu banyak mempromosikan kebudayaan, pariwisata dan pengembangan bakat perempuan muda Indonesia.
Penghargaan Pengabdian Sepanjang Hayat kepada Prof Wardiman Djojonegoro merupakan simbol keteladanan lintas zaman. Apalagi konsep Link& Match yang diperkenalkannya agar dunia pendidikan selaras dengan dunia kerja, hingga kini dinilai masih relevan.
Prof Wardiman terlihat tak kecewa saat tiga anak usia sekolah dasar (SD) yang hadir dalam acara mengaku tidak tahu nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 1993-1998, saat ditanya Mendikdasmen Abdul Mu’ti di atas panggung.
“Tidak apa tidak tahu nama saya. Karena eranya sudah tertinggal jauh,” kata Prof Wardiman usai memberi hadiah kepada tiga anak yang berani naik ke atas panggung.
Di temui di sela acara, Wardiman mengatakan, acara tasyakuran hardiknas semacam ini sangat bagus untuk menumbuhkan semangat di kalangan penggiat dan insan-insan pendidikan.
“Penghargaan ini bisa digunakan untuk memperbaiki diri, agar kualitas pendidikan di Indonesia semakin bagus, dengan segala tantangannya,” ucapnya.
Alumnus kampus Jerman itu menambahkan, tantangan geografis Indonesia yang luas memang tidak mudah memberi layanan pendidikan yang optimal.
“Tak semua daerah di Indonesia memiliki akses pendidikan, sehingga banyak anak yang putus sekolah. Tantangan seperti ini dapat diatasi lewat partisipasi semesta, wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua,” tuturnya.
Momen paling mengharukan adalah saat 2 anak penyandang disabilitas menyanyikan lagu ‘7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat’, lalu disusul dengan penampilan energik rapper Indonesia, Saykoji bersama anak-anak dari PAUD KM 0.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti beserta peserta lainnya terlihat menikmati penampilan, dan menyatu dalam suasana sukacita.
Penghargaan malam itu ditujukan kepada sosok-sosok inspiratif yaitu guru yang mengabdi di pelosok, siswa berprestasi, jurnalis yang konsisten mengangkat isu pendidikan, pemerintah daerah yang berani membuat gebrakan kebijakan serta pihak swasta yang melakukan inovasi di bidang pendidikan.
Malam Tasyakuran Hardiknas 2025 ini menjadi pengingat, bahwa pendidikan bukan hanya tentang kurikulum, melainkan tentang rasa dan penghargaan tulus dari hati. Di sinilah wajah pendidikan Indonesia terpancar hangat, inklusif, dan penuh cinta. ( Tri Wahyuni)