JAKARTA (Suara Karya): Pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, mengungkapkan Indonesia memiliki potensi ekonomi maritim yang sangat besar. Jika dirupiahkan, kemungkinan angkanya mencapai puluhan ribu triliun.
Dikatakan Capt Hakeng, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa potensi ekonomi maritim Indonesia mencapai 1.338 miliar dollar AS per tahun, atau lebih dari Rp 20.000 triliun.
“Potensi ekonomi maritim tersebar di sektor perikanan, pariwisata, pertambangan, energi, dan transportasi laut. Sektor perikanan menonjol dengan potensi nilai ekonomi 787 miliar dollar AS per tahun, diikuti sektor pariwisata yang mencapai 283 miliar dollar AS per tahun. Pertambangan (225 miliar dollar AS), energi (86 miliar dollar AS), dan transportasi laut (20 miliar dollar AS) juga memberikan kontribusi signifikan terhadap potensi ekonomi maritim,” kata Capt. Hakeng, Sabtu (16/12/2023).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa potensi ini menciptakan lebih dari 45 juta lapangan kerja baru, menandai ekspansi ekonomi biru sebagai solusi terhadap berbagai tantangan ekonomi Indonesia saat ini dan masa depan. Dengan demikian, konsep ekonomi biru yang diterapkan sebagai landasan strategis di berbagai wilayah membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Peningkatan investasi dan fokus pada sektor-sektor kunci ekonomi maritim dapat menjadi jawaban atas berbagai permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia, memberikan dampak positif tidak hanya terhadap lapangan kerja, tetapi juga terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai paradigma pembangunan baru, ekonomi biru menantang tradisi ekonomi yang bersifat konvensional. Dengan menekankan pemanfaatan dan pengelolaan berkelanjutan sumber daya kelautan dan perairan. Melalui pendekatan ini, masyarakat internasional mulai menyadari bahwa keberlanjutan ekonomi dan kelautan adalah dua hal yang tak terpisahkan.
“Memanfaatkan potensi ekonomi terpendam Pada intinya, ekonomi biru menciptakan platform untuk memanfaatkan potensi ekonomi yang terpendam di sektor kelautan dan perikanan, serta menyelaraskan kegiatan ekonomi dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan,” katanya.
Hakeng memandang, laut bukan hanya sebagai sumber daya ekonomi, tetapi juga sebagai ekosistem yang perlu dijaga, konsep ini memberikan landasan untuk pertumbuhan yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan. Salah satu aspek utama dari ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan.
“Dengan menyusun kebijakan yang mendukung tanggung jawab lingkungan, seperti kuota penangkapan ikan yang berkelanjutan dan pemantauan aktivitas kelautan, negara-negara yang menerapkan konsep ini mampu menjaga keseimbangan ekosistem laut dan melindungi keberlanjutan sumber daya kelautan. Ekonomi biru juga menjadi katalisator untuk pengembangan berbagai sektor ekonomi.
Dari pariwisata laut hingga industri pengolahan ikan dan teknologi kelautan, konsep ini merangsang diversifikasi ekonomi di wilayah-wilayah yang memiliki potensi kelautan yang besar. Dengan memberikan nilai tambah pada produk dan jasa yang berasal dari laut, ekonomi biru menciptakan peluang pekerjaan, menggerakkan pertumbuhan ekonomi lokal, dan mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor ekonomi yang lebih tradisional.
Keberhasilan konsep ekonomi biru juga memberikan dampak positif terhadap penanggulangan kemiskinan. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, yang seringkali sangat tergantung pada sumber daya laut untuk kehidupan mereka, dapat merasakan manfaat langsung dari pemanfaatan sumber daya kelautan yang berkelanjutan. Pendekatan ini memastikan bahwa distribusi manfaat ekonomi merata, memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
Beberapa sektor yang dapat dikembangkan meliputi pengolahan ikan, perkapalan, pariwisata laut, pertambangan laut, energi laut, dan transportasi laut. Meskipun praktik ekonomi biru sudah mulai terlihat di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Kota Bitung, Sulawesi Utara, tetaplah penting meningkatkan upaya lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi ini.
Peningkatan investasi di sektor kelautan, pengembangan infrastruktur, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan koordinasi antar-pemangku kepentingan menjadi faktor kunci dalam meraih penuhnya potensi ekonomi maritim di Indonesia. Olah karena itu untuk terus menjalankan visi Indonesia sebagai negara maritim yang kuat, berdaulat, dan berkelanjutan, langkah-langkah konkret menjadi kunci untuk mewujudkannya. Salah satu aspek utama adalah peningkatan investasi.
“Hal ini harus pula diiringi strategi pembangunan infrastruktur kelautan yang terencana dengan baik. Investasi ini juga tidak hanya akan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global, tetapi juga meningkatkan efisiensi dalam mengelola rantai pasok kelautan. Maka dukungan finansial dan teknis untuk pembangunan pelabuhan, galangan kapal, dan fasilitas pendukung lainnya menjadi sangat penting,” katanya. (Boy)